33. Tiga puluh tiga

24K 2.9K 650
                                    

Hi.

Aku up lagi. Aku usahakan seminggu sekali up, atau seminggu bisa dua kali ya.

Enjoy!

Happy reading ♥️

****

Saat di Melbourne dulu, Drystan diajarkan tentang bagaimana otot dan otak harus selalu jalan beriringan agar seimbang untuk membentuk kuat benteng pertahanan dirinya. Karena saat itu berhasil, maka tidak ada satu celah pun bagi musuh untuk bisa menghancurkannya.

Namun, Drystan hari ini tersadar, kalau ternyata perihal hati juga berperan penting. Menyesal karena seharusnya ia juga mempelajari itu saat di Melbourne.

Ada pepatah yang bilang, kalau cinta itu tak ada logika. Hari ini Drystan mengakuinya.

Segala tentang Crystal benar-benar mengacaukan dirinya sendiri. Ia selalu kehilangan kontrol saat bersama gadis itu. Sihirnya begitu ampuh sampai-sampai Drystan bisa menghalalkan segala cara agar bisa mendapatkannya.

Tak hanya itu, cintanya benar-benar gila. Benar-benar tiada moral, karena cinta ini membuatnya menjadi iblis berwajah malaikat. Drystan sudah tidak bisa menghitung berapa kali ia melukai orang demi Crystal. Seperti yang terjadi hari ini, bahkan ayah cewek itu pun tak luput dari kesadisannya.

Mencintai seseorang tak ada pada rencananya. Sungguh. Bahkan Drystan pernah ada rencana untuk kembali ke Melbourne —ia merasa lebih bebas di sana. Semua itu diurungkan karena bertemu dengan Crystal. Baru kali ini Drystan merasa menginginkan sesuatu dengan sangat.

Hari ini, dia sudah mendapatkannya. Crystal benar-benar menganggapnya seperti pacar. Senang? Tentu. Drystan menunggu lama untuk ini.

Diam-diam bersumpah dalam hati, apapun badainya di masa depan, Drystan tak akan melepaskan perempuan ini.

*****

Drystan membawa Crystal ke apartemennya. Persetan dengan ayahnya jikalau tau dan berakhir murka, yang terpenting cewek itu aman bersamanya saat ini. Dia ingin menjadi orang yang selalu di samping Crystal kala titik terendah hidupnya.

Crystal masih dengan keterdiamannya, berdiri di balkon apartemennya sambil melihat keindahan langit senja dengan tatapan kosong. Hal itu membuat Drystan ikut terluka.

Drystan menghela napasnya berat kemudian melangkah menghampiri. Tak mungkin ia biarkan Crystal merasakan sakit sendiri.

"Tal," panggil Drystan lembut berdiri di belakangnya. Tak ada sahutan.

"Crystal," panggil Drystan lagi mengulangnya. "Hei?"

Namun, tetap tak ada jawaban.

Drystan memberanikan diri mendekat lagi, sampai jarak mereka tinggal beberapa centimeter.

"Jangan begini tolong," pinta Drystan dengan suara serak-serak basah, ikut terbawa suasana dengan kesedihan Crystal.

"Sakit, Kak ...." Crystal menjawab lirih dengan nada yang menyayat hati.

Drystan mengepalkan tangannya erat, sampai buku jarinya memutih, emosi karena Crystal sampai sesakit ini. Keceriaannya seakan sirna. Drystan menyesal hanya menganiaya sebentar tadi, tahu gitu ia buat sekarat saja tua bangka itu.

"Padahal Papa keliatan sayang banget sama Mama kalo di depan gue, terus suka manjain Mama pake banyak kemewahan," curhat Crystal lalu menghembuskan napasnya lelah. "Yaaa ... walaupun jarang pulang, sih."

"Mama kaya cegil tantruman, terus Papa cuek, gue dulu mikirnya lucu banget. Tapi, ternyata di belakang layar sekotor itu keduanya."

Drystan masih berdiri di belakang tubuh Crystal. Mendengarkan cerita gadis itu dengan seksama. Angin sore semilir menerpa mereka berdua membuat suasana terasa tenang. Drystan suka ini. Suka sekali. Biasanya ia hanya sendirian berdiam diri di balkon seraya mengisap vape atau rokok, atau kadang meminum wine saat sedang stres. Sore ini berbeda.

Drystan : Sweet But Fierce!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang