32. Tiga dua

25.6K 3.1K 1.1K
                                    

Hi

Aku. Up. Lg.🫀

Happy reading ♥️

****

"Untung ini jantung buatan Tuhan, kalau buatan China udah melebur kali, ya," gumam Crystal sambil memegang dadanya. Ia bersandar di tembok, merasakan lelah karena habis berlari menghindari Drystan. Jantungnya masih berpacu cepat, efek dari lari, dan efek dari perlakuan manis Drystan tadi.

Sialan. Cowok itu benar-benar bahaya.

Crystal memegang puncak hidungnya, lalu tersenyum tipis mengingat kejadi tadi. Kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya untuk mengenyahkan memori itu.

"Aduh, otak gue!" keluh Crystal sambil memijat pelipisnya. "Bisa-bisa semua pemikiran tentang pelajaran kegusur nih gara-gara diisi sama Kak Drystan."

Crystal menoyor kepalanya sendiri berulang kali untuk mengusir bayangan Drystan di otaknya. Terlalu fokus, sampai tak melihat ada cowok paling menyeramkan di Altair sedang lewat di depannya sambil mengisap vape.

Andrew berhenti berjalan, menatap sinis cewek itu. Aneh sekali, seperti orang sinting menoyor kepala diri sendiri. "Lo," ucapnya dingin.

Crystal mendongak, matanya mengerjap tak percaya lalu menelan salivanya sendiri begitu tahu ada Andrew. "Kenapa, Kak?"

Sebelum menjawab, Andrew mengisap vapenya dengan hikmat, lalu menghembuskan napasnya sampai bulatan-bulatan asap vape itu terbang ke udara.

"Pistol gue nganggur, kalo mau dengan sukarela gue bantu ngancurin kepala lo."

Anjirrrr. Sikopet, nih! batin Crystal lalu bergidik ngeri.

Yang ia tahu dari kabar beredar, Andrew tak pernah main-main dengan ucapannya. Apalagi katanya cowok itu selalu menyimpan senjata-senjata mengerikan di balik lipatan celana serta saku-saku seragam atau jaketnya.

"Nggak dulu, Kak, hehe. Makasih penawarannya," balas Crystal seraya mengusap belakang tekuknya kikuk.

Setelah jawaban itu, Andrew berlalu pergi begitu saja, sambil mengisap vape santai.
Crystal menggelengkan kepalanya tak habis pikir. Benar-benar tidak ada takutnya sama sekali padahal di area sekolah.

"Crystal, ngapain di sini?"

Suara itu dari Khai Saepul yang datang. Crystal tersenyum tipis melihat tampilan Khai yang sudah macho, jujur ia belum terbiasa dengan ini. Apalagi gaya bicaranya juga diubah. Padahal seru berteman dengan bencong-bencong, gibahan akan selalu ada. Dan Crystal sudah kehilangan itu sekarang.

"Nggak pa-pa, Pul. Gabut aja."

"Khai," tegur Khai meralat. "Pul-pul, lo kira gue pulu-pulu?"

Crystal memutar bola matanya malas. "Iye-iye Khai! Gue belum terbiasa! Pul kan Saepul."

Khai tersenyum. "Temenin gue yok nanti, mau nggak?"

"Ke mana?"

"Beli gitar."

"Milkita sama Zela ikut?" tanya Crystal. Biasanya mereka pergi berempat.

Khai menggeleng. "Nggak. Gue ngajak lo aja, Tal. Mau yaa, oke?"

Crystal mau menolak tapi tidak enak. Alhasil ia mengangguk menyetujuinya. Lagian hanya beli gitar, pasti akan sebentar.

Sebentar, Crystal ingat kalau akhir-akhir ini bahaya selalu mengancamnya serta orang-orang yang di sekitarnya. Ia tak mau Khai jadi korban selanjutnya.

Drystan : Sweet But Fierce!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang