Nanon | 01

5.1K 174 36
                                    

Semburat langit merah jambu berpendar di ufuk timur, menampilkan sinar mentari pagi yang mulai mengintip malu-malu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semburat langit merah jambu berpendar di ufuk timur, menampilkan sinar mentari pagi yang mulai mengintip malu-malu. Aku memutar kemudi mobil untuk menepi pada pelataran parkir bandara Suvarnabhumi. Sebentar lagi fajar menyingsing, dan seseorang di sampingku akan segera terbang ke negara asing.

Sebenarnya aku benci harus bangun pagi-pagi seperti ini, apalagi jika alasannya untuk menyambut sebuah perpisahan. Jika bukan karena Mark, aku tidak akan mungkin bersedia melakukannya. Menempuh perjalanan dari Nonthaburi di pagi buta hanya untuk ditinggalkan. Tapi sebagai orang terdekatnya, tentu saja akulah yang harus setia mendampinginya sampai titik ini.

Dan di sinilah kami sekarang. Berdiri berhadapan tepat di depan peron boarding keberangkatan internasional setelah Mark menyelesaikan proses check in dan memasukkan barang-barang bawaannya ke bagasi pesawat.

"Akhirnya jadi juga kau pergi." Kataku mengulas senyum getir yang kutahan.

Aku tidak mau menangis di depan si ikal ini dan membuatnya besar kepala. Meski aku memang sudah menyayanginya seperti keluargaku sendiri, tapi dia tidak perlu tahu jika aku cukup sedih akan berpisah jarak dengannya.

"Do'akan semuanya lancar. Semoga kau juga segera menemukan pekerjaan yang cocok untukmu. Kita akan bertemu lagi saat jatah libur pulang pertamaku diberikan."

"Umm." Aku mengangguk patuh.

Mark berusia dua tahun lebih tua dariku, itulah mengapa dia sangat bersemangat untuk menyelesaikan kuliahnya lebih cepat dibandingkan aku. Berkat kegigihannya juga akhirnya dia lulus dan mendapatkan pekerjaan impiannya lebih dulu daripada aku. Pikirannya yang lebih matang memiliki tujuan hidup yang sudah terencana dan tertata dengan baik.

Sejak tercatat sebagai mahasiswa, Mark sudah bertekad untuk menyelesaikan kuliahnya dalam waktu secepat mungkin dengan nilai yang memuaskan agar bisa diterima bekerja di luar negeri. Akulah saksi perjuangan seluruh mimpinya hingga hari ini, ketika segalanya sudah berada dekat di depan mata.

"Jaga dirimu baik-baik." Pesanku sembari menepuk pelan lengannya.

"Ya, kau juga. Fokuslah mencari pekerjaan sesuai dengan yang kau inginkan. Lupakan Prim, masih banyak ikan di laut."

Aku terkekeh pelan, namun seketika pula senyumku memudar. Tak peduli meski Mark menyadari perubahan pada raut wajahku yang tak bisa kusembunyikan. Persetan dengan cibiran yang mungkin dia pikirkan untukku. Cinta memang tidak semudah itu bisa berhenti, kan?

Prim...

Baru mendengar namanya saja sudah berhasil membuat pintu memoriku kembali terbuka lebar. Lalu terkenanglah segala perjalanan cinta kami yang indah namun kandas begitu saja. Katanya dia ingin lebih fokus kuliah, tapi belakangan menurut informasi yang kudengar dari sumber terpercaya, dia sedang dekat dengan P'Nani, mantan senior kami dulu di kampus.

Sudah dua bulan aku memutuskan untuk berhenti berharap, tepat sejak kutahu ada nama lain di hidupnya. Tapi hatiku yang sedang hancur-hancurnya sepertinya masih belum terbiasa. Bukannya tidak berusaha, aku sudah melakukan berbagai cara. Tapi berkenalan dengan beberapa gadis baru tetap saja tidak membuat hatiku yang terlanjur terberai ini kembali utuh dengan seketika.

ONLINE (OhmNanon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang