Semakin aku tidak punya waktu untuk menghubungi Ohm, semakin sering pula kekasihku itu menghabiskan waktunya bersama Perth. Aku sadar mereka hanya sebatas teman, aku pun menganggap Perth begitu. Tapi kedekatan mereka yang semakin hari semakin erat mulai membuatku khawatir dan merasa terancam. Bukan tidak mungkin sesuatu bisa terjadi pada mereka, kan?
Aku tidak tahu bagaimana orientasi seksual Perth. Aku juga tidak pernah mendengar dia bercerita tentang kisah asmaranya. Tidak tentang seorang gadis, tidak pula tentang pria tampan. Sejauh ini Perth terlihat netral-netral saja melihat hubunganku dengan Ohm. Tidak mendukung, tidak pula menentang. Hanya berusaha menghargai tanpa mengusik apa yang kami miliki. Tetapi belakangan ini, semakin sering aku melihat kebersamaan Perth dengan Ohm, semakin sering pula percik api cemburu dalam hatiku mencuat ke permukaan.
Diam-diam aku mulai tidak sabar. Tidak sabar menunggu kapan urusan pekerjaan Mark di Bangkok akan selesai. Aku sungguh tidak sabar menanti hari di mana Mark akhirnya pergi dari sini.
Aku tidak lupa bagaimana aku rela bangun di pagi buta hanya untuk mengantarkan Mark dengan mata yang berkaca-kaca. Aku tidak lupa bagaimana aku memeluknya dengan sangat erat dan membayangkan akan sesulit apa hidupku tanpa Mark bersamaku ketika melepas kepergiannya pagi itu. Aku tidak lupa bagaimana hubungan kami begitu dekat dan lekat. Hangat seperti api pendiangan. Sampai kehangatan yang lain datang dan mengungguli segalanya. Hangat yang membuat hatiku terasa penuh dan hidupku seperti utuh. Hanya milik Ohm seorang.
"Non. Non!"
"Huh?!" Aku tersentak dari lamunan panjang tentang kekasihku.
"Sudah berhari-hari kau terlihat murung dan tidak bersemangat. Ada masalah?" Mark menarik kursi untuk duduk di sampingku, menghampiriku yang sedang membunuh waktu di balkon sehabis mandi sore.
"Tidak. Hanya soal pekerjaan."
"Masalah pekerjaan mengganggumu?"
Bukan. Kau yang menggangguku. Mengganggu kebersamaanku dengan kekasihku. Sampai mau tidak mau kami harus hidup berpisah atap. Sampai mau tidak mau Ohm harus menumpang di tempat Perth dan menghabiskan waktu lebih banyak dengan temannya dibandingkan pacarnya sendiri.
Suara hatiku berteriak, tapi tak ada kalimat yang keluar dari bibirku. Aku hanya mengangguk satu kali dan membuang pandangku ke udara.
"Ada masalah apa?"
Tidak ada masalah apa-apa. Pekerjaanku lancar jaya. Jika pun aku tidak tampil dengan maksimal, itu karena aku tidak bisa berhenti memikirkan permasalahanku dengan Ohm. Dan aku tidak mungkin membahas soal ini dengan Mark. Aku sudah muak meladeni pembahasan tentang Ohm yang pada akhirnya tetap akulah yang akan disalahkan karena jatuh cinta pada jenis kelamin yang salah.
"Biasalah. Normal."
"Ingin cerita?"
Aku diam sejenak lalu menggeleng pelan. Mengedikkan bahu dan berbalik, siap untuk kembali masuk ke dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONLINE (OhmNanon)
FanfictionDi tengah keraguan hubungan jarak jauh Nanon dengan pacar online-nya, Ohm Pawat datang dengan segala sifat dinginnya. Sosok teman baru yang ternyata sangat mendukung kesetiaan dalam hubungan jarak jauh. Namun tanpa Nanon ketahui, telah tersembunyi s...