Hari yang kutunggu-tunggu akhirnya datang juga. Sore ini aku akan terbang ke Chiang Mai menemui kekasihku. Menurut perhitungan waktu jadwal penerbangan, aku akan tiba di sana saat senja. Aku dan Baifern masih akan memiliki waktu untuk makan malam bersama sebelum mencari penginapan. Lalu kami akan memghabiskan malam bersama sampai pagi menjelang. Aku tak bisa berhenti tersenyum membayangkan semua akan berjalan sesuai rencana.
"Lihatlah, kau tak berhenti tersenyum sejak tadi. Kita sudah sampai, Lover Boy." Celetuk P'Bai membuyarkan lamunanku.
Benar saja. Dia sudah menepikan mobilnya yang mengantarkanku ke bandara. Aku lalu bergegas keluar diikuti P'Bai yang masih mengantarkanku sampai ke depan gerbang pintu masuk.
"Terima kasih banyak sudah mengantarkanku na, Phi. Maaf merepotkanmu." Kataku tulus.
"Tidak masalah, Nong. Hati-hati, selamat bersenang-senang dan bertemu dengan kekasih hatimu." P'Bai mengusap pucuk kepalaku seperti seorang kakak menyayangi adiknya.
"Terima kasih, Phi. Aku masuk dulu. Selamat tinggal."
"Ya. Selamat tinggal, Nong."
Aku melangkah dengan harapan penuh. Segera kukabari Baifern usai melakukan check in dan menunggu waktu masuk boarding.
"Aku sudah di bandara."
"Oke. Aku akan bersiap-siap."
"Aku sungguh tidak sabar bertemu denganmu."
"Iya. Hati-hati, ya."
Aku tidak tahu entah apa, tapi aku merasakan ada sesuatu yang berbeda dari cara Baifern merespon panggilanku. Aku menahan diri untuk bertanya karena tiba-tiba mendengar suara tanda pengumuman akan disiarkan. Jadwal penerbangan pesawat yang akan kutumpangi ditunda selama batas waktu yang belum ditentukan akibat cuaca buruk.
Aku mencoba untuk kembali menghubungi Baifern tapi dia tidak menjawab panggilanku. Maka aku mengabarinya melalui pesan singkat saja jika pesawatku akan terbang lebih malam. Tidak banyak orang yang tahu aku akan pergi menemuinya hari ini. Hanya Chimon si pendukung setiaku dan P'Bai yang bersedia meluangkan waktu untuk mengantarkanku sampai ke bandara. Maka hanya mereka berdua lah yang selalu memantau kabarku.
Perasaanku mulai tidak enak saat satu jam berlalu tapi Baifern tak kunjung menjawab teleponku. Jadwal penerbangan pesawat kembali diumumkan akan mundur empat jam. Aku tidak ingin membuat Baifern menunggu lama. Semoga saja dia tidak menjawab teleponku bukan karena sudah dalam perjalanan menuju ke bandara.
Di tengah kebimbanganku menunggu waktu keberangkatan serta balasan pesan dari pacarku, aku berselancar di sosial media dan menemukan tanda hijau pada nama seseorang.
Ohm Pawat is online.
Sial. Aku melupakan satu hal penting jika aku memiliki kenalan seorang teman di Chiang Mai. Buru-buru aku menyapanya melalui fitur chatting online.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONLINE (OhmNanon)
FanfictionDi tengah keraguan hubungan jarak jauh Nanon dengan pacar online-nya, Ohm Pawat datang dengan segala sifat dinginnya. Sosok teman baru yang ternyata sangat mendukung kesetiaan dalam hubungan jarak jauh. Namun tanpa Nanon ketahui, telah tersembunyi s...