Baifern membuktikan rencananya untuk memperkenalkan aku dengan P'Mild, rekan kerjanya di kantor. Mereka bekerja di sebuah Agency Periklanan sebagai tim Kreatif. Aku cukup sering menerima foto gedung kantornya. Aku juga tahu di mana letak Baifern duduk, dan aku juga tahu di mana dia biasa makan siang bersama teman-teman kantornya. Dan yang terpenting dari itu semua, aku sudah melakukan double check menggunakan Google. Memang benar ada nama kantor Agency dengan alamat itu di Chiang Mai.
Tidak jarang aku berkomunikasi dengan P'Mild untuk menanyakan Baifern jika kebetulan dia sulit dihubungi atau terlambat merespon pesanku. Aku senang tidak mendapatkan penolakan dari beberapa orang dekatnya. Aku sudah mengantongi restu Ayahnya. Aku sudah memiliki nomor ponselnya Ibunya. Aku pernah berbicara dengan adiknya. Lalu sekarang aku bahkan menjalin komunikasi dengan teman dekatnya di kantor.
Semakin hari hubungan kami terasa semakin nyata, terlebih ketika aku menerima kiriman paket dari kekasihku. Paket itu berisi selimut berwarna kuning pelangi berbahan lembut dan hangat. Selimut itu baru dibeli, tapi sudah dicuci dan digunakan tidur oleh Baifern. Sengaja dia lakukan agar aku bisa mencium wangi yang tertinggal pada selimutnya. Agar aku bisa merasakan seolah-olah memeluknya dalam tidurku. Itu sungguh manis.
Sebenarnya aku juga ingin mengirimkan sesuatu untuknya, tapi dia menolak. Ditabung saja uang gajiku, katanya. Toh nantinya juga akan digunakan untuk melamarnya. Kami sudah berjanji untuk bertemu di hari ulang tahunku. Lima bulan dari sekarang, tepat di usia delapan bulan hubungan kami, dan tiga bulan sebelum rencana pertunangan kami. Semua sudah kami atur dan kami rencanakan dengan baik. Aku akan menikahinya saat berusia dua puluh tiga.
"Tidakkah itu terlalu cepat, Non?" Aku sudah bisa menduga reaksi Mark akan seperti ini. Itulah kenapa aku sudah jarang menghubungi sahabatku itu beberapa waktu belakangan ini. Dia pasti akan menanyakan perihal hubungan online-ku dengan Baifern, dan ujung-ujungnya kami berdebat karena beda pendapat. Dia sama sekali tidak bisa mendukung hubunganku dengan Baifern.
"Oih, Mark. Sampai kapan kau akan terus menentang hubunganku? Kami serius, dan aku sudah bulat dengan keputusanku untuk menikah muda."
Aku bisa melihat Mark berdecak dari layar Mavis yang aku gunakan untuk melakukan panggilan video. Aku tahu dia hanya khawatir, bahkan Mark yang sudah akan berusia 25 belum pernah berpikir untuk menikah.
"Apa kau sudah membicarakan soal ini dengan orang tuamu?"
"Belum. Tapi aku akan mengatakannya segera."
"Kau benar-benar gila, Non."
"Iya. Aku gila karena cinta. Aku memang tergila-gila padanya. Lalu kenapa? Ini hubunganku dan aku yang menjalaninya. Kau tidak perlu khawatir. Aku tidak akan merepotkanmu. Tenang saja."
Aku menyadari kalimatku terdengar sedikit kasar setelah melihat raut kecewa di wajah Mark. Dia diam untuk sesaat, aku pun diam untuk menenangkan emosiku yang mulai tersulut.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONLINE (OhmNanon)
FanfictionDi tengah keraguan hubungan jarak jauh Nanon dengan pacar online-nya, Ohm Pawat datang dengan segala sifat dinginnya. Sosok teman baru yang ternyata sangat mendukung kesetiaan dalam hubungan jarak jauh. Namun tanpa Nanon ketahui, telah tersembunyi s...