"Ekhem!" Malik berdehem untuk mengurai situasi, lalu dia kembali duduk di tempatnya dengan ekspresi canggung.
Sementara Daffa tetap mendekat pada Akram, melanjutkan pertanyaannya.
"Amani kenapa, Ram? Apa dia diganggu temannya di asrama?"
"Ah, bukan. Dia sedih karena enggak bisa kerjain soal matematika tadi pagi."
"Oh, aku kira apa. Dia bisa belajar kok sama adik aku--Adibah. Dia juga enggak kalah pinter kalau soal matematika."
"Benarkah? Syukurlah kalau memang begitu. Soalnya tadi juga katanya dia akan bertanya pada adikmu itu."
"Iya, dia juga pandai mengajari orang. Sebaiknya kita kembali duduk untuk makan sebelum masuk kelas."
"Iya, baik." Akram tersenyum senang. Setidaknya akan ada yang membantu Amani untuk memecahkan soal matematika di otaknya yang buntu akan angka itu.
Malik menatap Akram dan Malik yang terlihat cukup akrab. Lalu melirik sekilas ke arah pembatas. Nampak Amani sedang menikmati makan siang bersama temannya.
Pandangan Malik itu tidak terlepas dari perhatian Fatah yang sedang sibuk menikmati makanannya.
"Hei, Lik!" panggil Fatah, menarik kasar atensi Malik yang hanya mengaduk-ngaduk makanan di depannya.
"Apaan!?"
"Kamu suka sama gadis itu, ya?" Fatah berbicara dengan berbisik.
Takk!!
Sendok yang Malik gunakan untuk makan itu ia pakai untuk memukul kepala Fatah. Membuat Fatah meringis dan memegang kepalanya yang sakit.
"Sembarangan!"
"Aih! Pakai ngeles lagi. Kelihatan banget tahu."
"Ya enggak mungkinlah aku suka sama cewek psiko."
"Tapi tadi aku lihat enggak tuh. Apalagi pas dia kelihatan lagi nangis gitu. Ya Allah, kayak pengen nyeka air mat--"
Mulut Fatah terhenti tatkala Malik kembali menggetok kepala-nya dengan sendok di tangannya.
"Jangan haluin anak orang sembarangan. Ingat, zina."
"Iya-iya. Bilang aja cemburu."
Fatah memalingkan muka dan kembali fokus pada makanannya. Sedang Malik terdiam cukup lama. Ia sudah tidak bernapsu akan makanan di hadapannya.
Di sisi lain, tempat yang sama, Kayla yang baru saja keluar dari kelas langsung mengambil duduk di samping Amani yang sedang berceloteh dengan Stevy.
Sementara di sekitar mereka, bisik-bisik tentang Akram mulai terdengar.
"Santriwan yang ganteng tadi apa saudaranya Amani, ya?"
"Mungkin saja. Katanya kan mereka kembar."
"Ya Allah, dia ganteng banget lho."
"Awas zina mata!"
"Tapi seriusan deh. Mirip banget dengan turunan artis thailand gitu."
"Katanya sih emang turunan tampan itu orang. Amani juga cantik kok."
"Iya, wajahnya imut dan enggak ngebosenin."
Mendengar itu Kayla tersenyum melirik ke arah Amani yang pura-pura tidak mendengar apapun. Bahkan sedang mengucapkan sebuah doa yang dibaca ketika ada orang yang memuji.
"Serius banget, Am."
"Kak Kay, udah selesai kelasnya?" Amani mengalihkan pembicaraan dengan bertanya balik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Santri
Teen FictionBertemu lagi dengan musuh bebuyutan sejak kecil saat masuk di pesantren? Oh tidak!! Tapi sungguh, gadis cantik, manja, dan bar-bar bernama lengkap Thahirah Amani Taqiyuddin itu sama sekali tidak bisa menolak keputusan sang abati untuk pindah ke pesa...