Byuuuurrrrrrr
"Bangun!"
Hosh hosh hosh.
Napas Malik terengah-engah tatkala segelas air melayang tepat di wajahnya. Membangunkannya dari ketidaksadarannya.
Dan tatkala ia hendak bergerak, kedua tangan juga kakinya telah diikat bersama kursi yang menjadi tempat duduknya saat ini. Sementara di hadapannya berdiri tiga orang preman yang cukup dikenalnya itu.
Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Di salah satu sudut ruangan, terdapat Adam yang sudah terkapar tidak sadarkan diri dengan wajah yang babak belur di tanah. Sepertinya pria itu baru saja dihajar habis-habisan hingga pingsan oleh ketiga preman itu.
"Halo Malik. Kita bertemu lagi, Nak!" Suara seorang pria yang baru saja memasuki ruangan menarik atensi Malik.
"Si-siapa anda?!"
"HAHAHAH." Pria yang tidak lain adalah Elang itu tertawa terbahak-bahak dan menggelegar di dalam pondok kayu berukuran kecil itu. Diikuti oleh ketiga preman lainnya. "Lucu sekali dia."
"Hahah. Iya Bos. Lucu kali."
Malik mengerutkan kening dengan tatapan kesal melihat tawa ke empat orang itu. Ia berusaha bergerak, namun ikatannya tidak terlepas sama sekali.
"Kamu nanya siapa aku?" Elang tertawa lagi dan kembali diikuti oleh ketiga preman itu. "Memangnya kamu tidak tahu siapa aku, hah anak kecil?"
"Tidak sama sekali."
"Wah wah wah. Kamu memang mirip sekali dengan Rifky kecil," ujarnya seraya mendekat pada Malik dan mencengkram rahangnya. "Aku sangat menyukai mata tajam penuh amarahmu ini. Sangat memuaskan dahaga."
Sreet
Elang menepis kasar wajah Malik yang baru saja dicengkramnya dengan kuat. Kemudian berbalik, lalu tanpa basa-basi mengarahkan pukulan dari belakang tepat mengenai wajahnya.
Mulut Amani menganga lebar dan cepat-cepat ditutupnya agar tidak berteriak menyaksikan kejadian itu.
Di sampingnya terdapat Fattah yang ikut berjongkok gemetaran karena ketakutan.
Kedua remaja itu mengikuti Malik yang dibawa oleh tiga orang preman itu tanpa memberitahukan pada Ustadz dan ustadzah mereka.
"Hei!" panggil Amani dengan berbisik pada Fattah yang hanya diam saja.
"Y-ya?"
"Sebaiknya kamu kembali sekarang untuk melaporkan ini pada Ustadz. Aku akan menunggu di sini untuk memantau situasi."
"Tapi bagaimana jika kamu tertangkap Amani?"
"Insyaa Allah tidak akan. Kamu pergilah. Cepetan."
"Oke." Fattah mengangguk cepat. Dan perlahan bergerak pergi dari sana.
Sementara Amani kembali mengamati situasi meski dalam keadaan takut namun sekuat mungkin ia menahan diri untuk tidak berteriak terlebih saat Malik kembali dipukuli habis-habisan oleh pria tua bermuka sangar itu.
"Kamu tahu, Nak! Ayah kamu telah mengkhianati kelompoknya dan ikut-ikutan menarik kami dalam penjara! Dan kamu anaknya, harus membalas semuanya."
Elang seperti orang gila. Menampar Malik seraya mengeluarkan segala unek-uneknya.
Pipi Malik terasa perih karena tamparan yang berulang kali itu. Namun ia sama sekali tidak menunjukkan ketakutan sedikitpun. Bahkan berani membalas ucapan Elang.
"Lalu apa? Hah?! Anda memang hanya pria lemah! Beraninya dengan anak kecil!"
Plakk!!
"Brengsek! Diam kamu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Santri
Teen FictionBertemu lagi dengan musuh bebuyutan sejak kecil saat masuk di pesantren? Oh tidak!! Tapi sungguh, gadis cantik, manja, dan bar-bar bernama lengkap Thahirah Amani Taqiyuddin itu sama sekali tidak bisa menolak keputusan sang abati untuk pindah ke pesa...