"Assalamu'alaikum. Neneeeek!" Amani berlari menghampiri sang nenek yang tengah menatapnya seraya tersenyum.
"Wa'alaikumussalam. Kamu tumben datang ke sini? Ada apa?"
"Ih Nenek. Cucunya datang malah ditanyain begitu. Kan aku kangen sama Nenek."
Mulut Fattah melongo melihat tingkah manja Amani pada sang nenek. Sementara Malik langsung menutup mata temannya itu dan berbisik padanya.
"Jangan melihatnya. Entar mata mu bisa buta."
"Eh, kenapa?"
"Dia pandai mencabut matamu dan membuangnya ke selokan."
"Astagfirullah." Fattah meneguk salivanya kasar, merasa ketakutan. Terlebih saat Amani berbalik dan menatap horor ke arah keduanya. "Kamu benar, Lik. Dia serem amat," tambahnya berbisik, seraya cepat menundukkan pandangan.
Ingin rasanya Malik tertawa terbahak-bahak melihat tingkah Fattah yang ketakutan. Padahal sejujurnya, ia hanya tidak ingin pria lain melihat tingkah manja gadis itu.
Entah kenapa, dirinya benar-benar egois dan posesif. Padahal mereka tidak memiliki hubungan apapun.
"Am, memangnya enggak ada kegiatan di asrama?" tanya Kayla, mengurai situasi yang terasa menegangkan bagi Fattah. Pada Amani yang saat ini tengah berada dalam pelukan sang nenek bagai anak kecil.
"Enggak ada, Kak. Siang gini kan waktu bebas. Jadi aku izin ke sini aja."
"Kamu keluar masuk asrama kayak enggak tinggal di sana aja."
"Heheheh. Terserah aku dong, Kak."
"Ekhem! Ekhem!" Malik berdehem mengurai situasi. Ia tidak suka Kayla berbicara dengan Amani. Perasaan cemburunya muncul. "Kay, ini jawabannya gimana, ya?"
"Bodoh!" umpat Amani pelan. Namun masih bisa didengar oleh telinga Malik yang tengah sensitif itu. Namun ia tidak berani menunjukkan ketidaksukaannya di depan sang nenek.
Suasana mendadak kembali tegang. Fattah sudah benar-benar bungkam karena takut. Sementara Kayla langsung mengalihkan situasi.
"Sini aku ajarin, Lik."
"Hem." Malik bergumam dengan tatapan tajam memancang Amani dalam beberapa saat, 'Awas aja kamu Amani.'
"Nek, aku naik ke kamar dulu ya. Mau istirahat."
"Ah, iya, Nak. Kamu sudah makan siang, kan?"
"Udah di asrama tadi."
"Baguslah. Ya sudah, kamu pergi tidur gih, Nak."
"Baik, Nek." Amani mendekat dan mencium pipi sang nenek. Lalu naik ke lantai dua. Menuju kamar sang Umma saat dulu sebelum menikah dengan Abati-nya.
Malik yang masih menatapnya segera memalingkan pandangan tatkala lintasan pikiran aneh menyerangnya. 'Haih! Kenapa aku malah berpikiran jorok. Masa aku juga berharap dia mau mencium pipi ku sih. Astagfirullah.'
"Malik!" panggil Fattah yang membuyarkan lamunannya.
"Ah, ya?"
"Malah melamun nih anak! Lagi diajarin tuh sama Kayla!"
Melihat Malik yang seperti itu, Kayla geleng-geleng kepala. Sementara Nenek yang melihatnya tersenyum tipis.
"Ah eh. Gimana Kay?"
"Hem. Begini ...."
**
Kegiatan belajar bersama mereka akhirnya berhasil. Saat pulang kembali ke tempat masing-masing, nampak Aqila berdiri menunggu seseorang di bawah sebuah pohon yang biasa dilewati saat melalui asrama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Santri
Teen FictionBertemu lagi dengan musuh bebuyutan sejak kecil saat masuk di pesantren? Oh tidak!! Tapi sungguh, gadis cantik, manja, dan bar-bar bernama lengkap Thahirah Amani Taqiyuddin itu sama sekali tidak bisa menolak keputusan sang abati untuk pindah ke pesa...