Elang dan komplotannya segera diringkus dan dibawa pergi oleh Devan dan beberapa polisi lainnya yang ikut dalam misi-nya kali ini.
Sementara Malik juga Adam langsung diangkat menggunakan dua tandu oleh empat orang santri. Zahra yang rupanya ikut di sana meneteskan air mata mengiringi anaknya. Merasa bersalah karena masa lalu mereka menjadikan anaknya sebagai korban.
"Amani, kamu enggak apa-apa, kan?" tanya Akram khawatir seraya memeriksa beberapa bagian tubuh saudari kembarnya itu. Di sebelahnya berdiri Kayla yang juga melakukan hal yang sama.
"Alhamdulillah aku enggak apa-apa kok, Ram-Kak Kay. Tenang aja. Cuma capek dan haus doang. Karena tadi kejar-kejaran sama penjahatnya."
"Hah. Kamu ini. Kenapa malah ke sini sih?"
"Habisnya tadi aku enggak sengaja lihat dia diculik gitu sama abang-abang premannya. Jadinya ngikutin deh. Kan kasihan."
Akram menarik sudut bibirnya melengkung ke atas. Namun dengan mulut tertutup menahan tawa. Begitupun juga dengan Kayla yang ikut melakukan hal yang sama.
"Ram, ada minuman enggak sih? Aku haus nih."
"Aku--"
"Ini minuman buat kamu, Amani." Tangan Daffa terulur untuk menyerahkan sebotol air minum segar itu pada gadis di hadapannya.
Dengan segera dan tanpa menunggu lama, Amani langsung meraihnya dan mengambil duduk agar bisa meneguk minuman itu setelah mengucapkan terima kasih pada Daffa.
Setelah minum, Amani langsung digiring oleh Akram dan Kayla untuk segera pergi dari pondok kayu reot itu. Diikuti oleh Daffa dan Fattah yang diam saja sejak tadi. Bersama para Ustadz.
Sesampainya di perkemahan, , Amani langsung masuk ke dalam tenda dan dikerubungi oleh teman-temannya.
Mereka menanyakkan banyak hal pada Amani tentang apa saja yang terjadi saat mereka diculik.
Namun Amani yang sangat kelelahan, tidak menjawab apapun dan langsung tertidur lelap.
"Ih Amani! Kok enggak dijawab sih?!" keluh teman Aqila itu kesal sendiri tatkala Amani telah terlelap dan terbang ke alam mimpi.
"Dia capek!" balas Stevy ketus. "Kalian enggak tahu orang lelah karena berhadapan dengan orang jahat ya? Kan besok bisa tanya-tanya."
Kedua teman Aqila juga satu kelas mereka itu memberengut kesal. Sedang Adibah sibuk memijatkan kaki Amani yang nampak tidak nyaman karena kelelahan.
"Maa syaa Allah, adek Adibah baik banget, ya," puji Bina pada junior pesantrennya itu.
"Hehehe. Habisnya saya lihat kayaknya Kak Amani lelah banget, Ukhta."
"Bagus itu, Dek. Tapi sebaiknya kita semua tidur ya. Ini sudah malam."
"Baik, Ukhta."
Mereka mulai mengambil posisi untuk tidur di bagian masing-masing. Sementara Aqila masih sibuk terjaga karena memikirkan kondisi Malik saat ini.
Meski ia tahu Malik adalah anak dari seorang pembunuh. Tapi itu sama sekali tidak meruntuhkan rasa sukanya pada pria itu.
Lagipula, ia juga memiliki Nenek yang dulunya pernah mendekam dalam penjara. Jadi itu sama sekali tidak masalah sama sekali baginya jika harus bermertuakan seorang pembunuh.
Lama Aqila duduk melamun di tempatnya. Hingga beberapa detik kemudian, ia mengantuk dan akhirnya tertidur.
**
Di sisi lain, para santri yang ada di tenda tempat Akram istirahat, mereka sama sekali belum menutup mata. Melainkan sibuk mendengarkan cerita Fattah dengan suara sedikit bergetar jika mengingat kejadian tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Santri
Teen FictionBertemu lagi dengan musuh bebuyutan sejak kecil saat masuk di pesantren? Oh tidak!! Tapi sungguh, gadis cantik, manja, dan bar-bar bernama lengkap Thahirah Amani Taqiyuddin itu sama sekali tidak bisa menolak keputusan sang abati untuk pindah ke pesa...