Bab 9 batu merah

502 90 25
                                    

_𝖘𝖊𝖑𝖆𝖒𝖆𝖙 𝖒𝖊𝖒𝖇𝖆𝖈𝖆_

Diruangan pribadi Raja Ventera menampakkan sang Raja yang tengah duduk bersantai menunggu seseorang. Tak lama datang anak satu-satunya membuka pintu, siapa lagi jika bukan pangeran Victor. "Ada apa papa memanggilku?"

Raja beralih dari duduk menjadi berdiri. "Apa kau melupakan apa yang aku ucapkan, pangeran Victor?"

"Maksud papa apa?" Victor tentu terkejut dengan lontaran kata yang keluar dari Raja.

"Aku sudah mengatakan padamu untuk tidak mendekati putri Aendevour, mengapa kau malah begitu akrab dengannya?"

"Pa, Rubliena sangat jauh beda dengan apa yang papa bicarakan. Aku merasa Rubliena tidak sejahat itu." bantah Victor.

"Bodoh, kau pangeran bodoh Victor. Itu cara dia menjebakmu, dia ingin menggeser tahta kita agar dibawahnya, kau masih tidak mengerti itu?"

"Itu tidak mungkin terjadi. Aku yakin."

***

Natya duduk diatas kasur dayangnya. Eina yang melihat putri hanya terdiam, tentu membuatnya bertanya. "Putri, ada apa?"

"Kapan acara selanjutnya Eina? Mengapa tidak ada pengumuman apapun." heran Natya.

"Mengapa putri menunggu acara itu? Putri juga tidak akan mengikuti acara itu," jelas Eina, membuat Natya langsung memandangnya.

"Mengapa aku tidak mengikuti acara itu?"

"Acara itu sangat bahaya bagi putri, ditambah putri tidak bisa berenang. Raja Snothy tidak mau jika kelemahan putri diketahui semua bangsawan, itu dapat membahayakan kerajaan."

"Berenang?" Mengapa Rubliena tidak bisa berenang? Ah pantas saja Eina langsung membawanya pulang saat sedang didanau, mungkin dia mengira bahwa Rubliena tenggelam. Tapi sekarang Rubliena tidak disini. Natya memiliki bakat berenang dengan cepat. Tidak salah bukan jika Natya mengikutinya.

"Iya putri, acaranya diadakan sore ini."

Natya heran mengapa acara itu diadakan sore nanti, mengapa tidak sekarang. "Mengapa diadakannya sore?"

"Karena beberapa bangsawan pulang malam saat acara perburuan, termasuk putri. Dan itu memungkinkan para bangsawan untuk mengistirahatkan tubuhnya sebelum mengikuti acara berenang."

"Ah begitu ya." Natya mendirikan badannya, berjalan mendekati pintu keluar.

"Putri mau kemana?"

"Aku hanya ingin berkeliling, Sendirian." Tegasnya agar Eina tak terus mengikutinya. Dirinya juga perlu berbincang dengan Adnan yang kini menjadi pengawal kerajaannya akibat malam itu.

***

Menampakkan seseorang yang tengah duduk di dekat kolam ikan sembari melemparkan kerikil kecil ke dalam kolam tersebut. "Kenapa aku bisa di sini?" Kesal pemuda itu. Adnan kembali melemparkan kerikil dengan mengucapkan sumpah serapah atas kekesalannya berada di tempat itu.

"Hai." Sapa Natya.

Adnan menoleh terkejut akibat sapaan itu. "Kamu membuatku jantungan saja. Untung hanya kamu."

Cahaya Transmigrasi✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang