Bab 3 eksekusi

763 140 14
                                    

_𝖘𝖊𝖑𝖆𝖒𝖆𝖙 𝖒𝖊𝖒𝖇𝖆𝖈𝖆_

Hari dimana pengeksekusian para selir tiba, Raja Snothy segera menuju ruangan bawah tanah untuk melihat mereka secara langsung seperti biasanya. Langkahnya memasuki tempat pengeksekusian membuat jantung para selir berdegup kencang seakan tau dirinya tidak akan memandang dunia diesok hari.

Para pengawal yang berada ditempat segera menunduk hormat akan kehadirannya.

"Sudah siap semua?" Raja Snothy melangkah kakinya mendekati selir yang sudah diletakkan pada kayu panjang secara vertikal dengan badan yang terikat kuat. Merasa ada yang berbeda didalam ruangan, Raja Snothy menatap seluruh penjuru ruangan tersebut untuk menemukan perbedaan. "Dimana putri Rubliena?" Tidak seperti biasanya putri Rubliena tidak menghadiri pengeksekusian para selir.

"Maaf yang mulia, hamba akan menjemput sang putri." Tunduk hormat pengawal tersebut kepada Raja, setelah mendapat jawaban, pengawal itu segera menjemput putri Rubliena yang sekiranya berada pada tanah lapang yang biasa digunakan untuk latihan memanah.

***

"Apakah benar bakat putri telah memudar?" Eina merasa sedih setelah melihat hasil panahan yang dilakukan Putri Rubliena tak satupun menancap sempurna pada papan.

"Mungkin. Eina, aku lelah harus berlatih seperti ini. Ijinkan aku untuk beristirahat sejenak." Natya sangat kecewa dengan dirinya sendiri yang tidak dapat menancapkan busurnya dengan sempurna.

Natya berjalan mendekati batu besar, dan mendaratkan tubuhnya untuk duduk disana.

Bagaimana dirinya bisa menghadiri acara High Wetter yang sebentar lagi akan diadakan di kerajaan Ventera. Mengikuti acara tersebut pasti akan membuatnya malu jika semua orang tahu bahwa dia tidak sehebat sebelumnya.

Baru saja Natya beristirahat. Tiga pengawal datang menemui mereka, menundukkan kepalanya hormat kepada putri. "Maaf tuan putri, Raja meminta kami untuk menjemput tuan putri."

"Ada apa?" Natya yang terduduk segera bangkit.

"Pengeksekusian selir akan segera dilaksanakan. Raja menginginkan putri berkenan hadir." Salah satu pengawal berkepala badak menjelaskan. "Mari putri."

Hati tetap menolak, namun mau bagaimana lagi jika Raja yang meminta kehadirannya? Yang terpenting dirinya hadir ditempat, walaupun nantinya selalu menutup mata diruangan itu. "Tunjukan jalannya." 

Pengawal tersebut membuat formasi satu didepan sebagai pemandu, dibelakangnya Natya dan Eina dan dibelakangnya lagi terdapat dua pengawal. Mereka melangkahkan kakinya memasuki istana utama terlebih dahulu, kemudian mereka melangkahkan kakinya menuju lorong panjang menuju ruangan bawah tanah.

Diperjalanan jantung Natya tidak terasa tenang setelah mengetahui kemana arah tujuan akhirnya.

Pengawal didepannya menghentikan langkahnya tepat didepan pintu, membuat makhluk dibelakangnya ikut menghentikan langkahnya. Dua pengawal yang berada dibelakang Natya dan Eina segera berjalan untuk membukakan pintu tersebut.

Pengawal itu kemudian berdiri disisi-sisi pintu memberi hormat kepada putri Rubliena yang akan memasuki ruangan tersebut. Sedangkan pengawal yang berada didepan Natya kembali melangkahkan kakinya memasuki ruangan tersebut untuk memandu sang putri kepada raja sebagai bukti bahwa dirinya telah melaksanakan tugasnya.

Natya kini berada didekat Raja, menelan ludahnya sendiri saat menatap para selir meronta meminta kebebasan, tak lupa dengan ditemani dayang yang berada disampingnya. "Maaf yang mulia, atas keterlambatan saya."

"Tidak apa anakku, apakah kau mau mencobanya lagi?"

Pertanyaan Raja membuat Natya heran, dia tidak mengerti dengan kata mencoba lagi, apakah Raja menakut-nakuti dirinya yang pernah hampir tereksekusi di Guillotine waktu lalu. "Mencoba lagi?" Natya bertanya dalam keheranannya membuat Raja beralih memandangnya.

Cahaya Transmigrasi✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang