Bab 50 mendarat di pulau tandus

159 31 11
                                    

_𝖘𝖊𝖑𝖆𝖒𝖆𝖙 𝖒𝖊𝖒𝖇𝖆𝖈𝖆_

Matahari perlahan tenggelam ke arah barat, dan kapal mereka akhirnya berlabuh di sebuah pulau yang tampak sangat aneh. Pulau itu tidak memiliki tumbuhan hijau atau bunga-bunga yang indah. Adnan mulai membagikan ramuan dalam botol kepada seluruh anggota tim mereka, sebagai persiapan sebelum menghadapi makhluk tak kasat mata.

Dia memulai dengan memberikan ramuan tersebut kepada Putri Kiara, kemudian pada Pangeran Victor. Namun ketika ia sampai di depan Natya, dengan sengaja Adnan melewati wanita itu yang sudah menunggu dengan tangan terulur.

Adnan yang melewatinya begitu saja, membuat Natya bingung. "Aku?"

Adnan menoleh sejenak, mengarahkan tangannya membuka kain putih yang dilipat. Setelah kain itu terbentang didepan wanita berambut putih itu, Adnan mengeluarkan suaranya. "Apa yang kamu lihat?"

Dimata Natya kain itu bukanlah kain putih biasa, melainkan kain yang terkena noda darah. "Ada darah dikain putih."

Adnan mengangguk setelah mendengar jawaban itu, ia kembali melipat kain tersebut dengan tenang. Berbeda dengan pangeran Victor, Kiara dan Eina yang kebingungan, pasalnya mereka hanya melihat kain putih polos tanpa darah sedikitpun.

Adnan menatap mata biru kristal itu. "Kamu masih terpengaruh ramuan itu, tidak baik jika kamu ingin meminumnya lagi. Resikonya sangat berbahaya." Kemudian memberikan botol ramuan kepada Eina yang duduk didekat putri Rubliena.

Setelah semua ramuan dipegang masing-masing makhluk, Adnan mengambil satu ramuan untuk dirinya sendiri. "Minumlah!" Kemudian membuka tutup botol ramuan itu dan menengguknya.

Setelah melihat Adnan meminum ramuan tersebut, semua anggota tim, kecuali Natya, membuka tutup botol ramuan dan menengguk isinya. Seperti yang pernah dirasakan Natya sebelumnya, tidak ada efek apapun setelah mereka meminum ramuan tersebut. Hingga, Pangeran Victor beralih mendekati Adnan dengan cepat dan membuka lebar kain putih yang sebelumnya ditunjukkan kepada Natya, tetapi nyatanya tidak ada yang terlihat di dalamnya. Kain itu masih tetap terlihat seperti kain putih biasa.

"Tidak ada apa-apa disini." Jelas Pangeran Victor.

Adnan langsung merebut kain tersebut. "Memang tidak terlihat jika kau belum memakan biskuit dariku."

Pangeran Victor mengernyitkan dahi. "Biskuit? Untuk apa?"

Adnan mulai membagikan biskuit miliknya kepada seluruh awak kapal, kecuali Natya. Wajah wanita itu terlihat murung, dengan ekspresi yang ditekuk masam, serta kepalanya yang menunduk. Melihat Natya yang begitu lucu akibat keputusannya, lelaki serigala itu merasa kasihan dan akhirnya menyodorkan biskuit tersebut pada wanita berkulit putih. "Ambillah!"

Natya yang melihat bungkus biskuit terenak sepanjang hidupnya, segera mendongakkan kepalanya menatap Adnan, lelaki campuran serigala itu tersenyum. "Kau tidak mau?" Sebelum lelaki itu kembali menarik tangannya, Natya langsung mengambil snack tersebut. Siapa juga yang akan menolak biskuit terenak ini? Ya, walaupun bentuknya aneh.

"Ini biskuit?" Putri Kiara yang sudah membuka bungkus snack tersebut merasa aneh menatap Adnan. Ia sendiri tidak pernah memakan hal yang berbentuk aneh seperti ini, apalagi bentuknya spiral. Wajar saja wanita berambut merah itu merasa heran, dia saja tidak pernah keluar istana sebelumnya, bahkan, melihat dunia luar saja ia baru merasakannya.

Adnan menoleh kearah putri berambut merah itu. "Putri Kiara, biskuit ini hanya beredar dikalangan bawah. Wajar saja putri sepertimu tidak pernah merasakannya."

Putri Kiara hanya tersenyum kaku dan melihat saudarinya yang menampakan ekspresi berbeda, putri Rubliena terlihat bersemangat membuka bungkus biskuit tersebut, terlihat matanya yang berbinar melihat biskuit berbentuk spiral bewarna hijau itu.

Cahaya Transmigrasi✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang