_𝖘𝖊𝖑𝖆𝖒𝖆𝖙 𝖒𝖊𝖒𝖇𝖆𝖈𝖆_
Berhentinya sebuah kereta kuda, menandakan mereka sudah sampai di suatu tempat. "Ayo turun." Pangeran menuruni kereta kuda, menjulurkan tangannya kepada Putri Rubliena.
"Em," gumam Natya menganggukkan kepala, meletakkan telapak tangannya pada telapak tangan pangeran Victor.
Setelah kedua kakinya menapak pada rerumputan, Natya mulai memandang rumah tradisional didepan mereka, rumah itu memiliki ukiran khas layaknya ukiran Jawa, membuatnya kembali mengingat Opanya yang gemar dengan seni ukir.
Victor yang menyadari Rubliena hanya berdiam diri, mulai mengajaknya kedalam untuk melihat persisnya rumah tradisional itu. "Mari."
Natya mengangguk, mengikuti Victor memasuki pekarangan rumah tradisional itu. Rumah itu memiliki latar yang sangat luas, bahkan banyaknya pepohonan di sana membuat tempat tersebut menjadi sejuk dan nyaman layaknya di desa. Namun bedanya, rumah tradisional itu memiliki ciri khas kekerajaan yang tidak akan dimiliki oleh rakyat biasa.
Baru saja menginjakkan kaki memasuki rumah itu, Natya langsung terpukau setelah melihat isi di dalam ruangan tersebut. Padahal dirinya baru menginjakkan kaki pada bagian paling luar rumah itu. Natya melangkah mengamati sebuah ukiran yang indah, membuatnya semakin mengingat rumah Oma yang penuh dengan ukiran Opa. "Kenapa anggota kerajaanmu jarang kemari? Bukankah tempat ini sangat indah."
"Hanya waktu berlibur saja kami kemari, keluargaku memiliki kesibukannya masing-masing. Itu yang membuat kami jarang kemari, walaupun begitu tempat ini selalu terawat dan dijaga pengawal dan pelayan kami yang dikirim kerajaan," jelasnya membuat Natya memahami mengapa mereka jarang kemari.
"Sebelumnya saya minta maaf pangeran."
"Minta maaf kenapa?"
"Aku bukan bagian dari kerajaanmu, tapi sudah menginjakkan kaki kemari." Natya merasa bersalah telah menginjakkan kakinya kerumah indah ini, walaupun bukan kesalahannya 100%. Namun tetap saja dia merasa bersalah.
Mendengar ucapannya, Victor merasa heran dengan putri Rubliena, bangsawan ini hanya menginjakkan kakinya kemari sebelum menjadi anggota kerajaan, bukan menjadi pencuri. "Mengapa kau merasa bersalah? Aku yang mengajakmu. Lagipula kau akan menjadi anggota kerajaan kami."
Victor mendekatkan dirinya pada Rubliena hingga wanita itu terus berjalan mundur, Victor bergegas memegang rahang Rubliena dengan kedua tangannya sehingga telapak tangannya menyanggah rahang Rubliena, jari-jarinya menyentuh belakang telinga Rubliena agar Rubliena tidak terus mundur menghindarinya, serta membuat kepala putri mendongak menatapnya. "Jangan merasa bersalah ya. Kau tidak salah apapun."
Victor melepaskan tangannya dari rahang gadis bangsawan itu. "Sana mandi! Kau bau." Victor berbohong dengan menutup hidungnya.
"Benarkah?" Sebegitu percayanya Natya, dia langsung menciumi ketiaknya untuk memperjelas bau badannya. "Wangi," jelasnya, heran mengapa Victor mengatakan dirinya bau. "Kamu membohongiku ya..." Natya memukul ringan lengan pangeran Victor.
"Iya bau banget." Victor mengibas-ibaskan tangan didekat hidungnya, tentu dengan senyuman.
"Heh, aku wangi..." Kesal Natya yang langsung berjalan kedalam rumah tradisional itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cahaya Transmigrasi✓
FantasíaJiwa Natya memasuki dunia antah berantah yang hanya terdapat dalam cerita dongeng fantasi. Perkenalkan namanya Natya Bia Alexian. Dirinya yang usai kabur dari asrama bertemu dengan sosok laki-laki yang membantu dirinya. Bingung akan bermalam dimana...