Bab 20 batu merah II

281 48 1
                                    

_𝖘𝖊𝖑𝖆𝖒𝖆𝖙 𝖒𝖊𝖒𝖇𝖆𝖈𝖆_

Natya bersama Adnan duduk di dalam kereta kuda menuju kerajaan Ventera. Kepergian mereka sama sekali tidak diketahui Raja dan seluruh penghuni istana, termasuk Eina. Apalagi pakaiannya tidak mengenakan gaun seperti biasanya. Dengan perlengkapan seadanya, dan juga persiapan bertahan hidup dari penyerang tak terlihat, jika mendadak. Dan juga alat untuk menyelam.

Sesampainya di kerajaan Ventera, mereka langsung turun didepan gerbang kerajaan. Pengawal disana segera mendatangi putri Rubliena yang mereka ketahui sebagai calon istri pangeran Victor. "Ada apa putri kemari?"

"Maaf mengganggu waktunya, bisakah aku bertemu pangeran Victor."

"Maaf Putri, pangeran Victor belum kembali ke istana sejak pergi denganmu."

Natya menatap Adnan heran, kemudian kembali menatapkan pengawal dengan ras anjing. "Kalau begitu bolehkah aku masuk? Ada sesuatu yang penting tertinggal didalam."

"Maaf putri saya tidak bisa mengijinkan, jika pangeran belum datang."

"Bagaimana kalau kamu temani kami untuk mencarinya, jika kamu masih tidak mempercayai kami." Pengawal itu hanya terdiam memikirkan jawabannya. "Bagaimana?"

"Memang apa yang tertinggal?"

Adnan langsung berbicara. "Batu merahku tertinggal didanau."

"Baiklah kalau begitu, silahkan masuk." Pengawal itu membukakan gerbang. Si pengawal juga langsung mengiyakan karena barang yang tertinggal tidak berada didalam ruangan istana yang sangat dijaga pengawal lain.

Kereta kuda kerajaan Aendevour memasuki pintu gerbang kerajaan Ventera. Adnan dan Natya langsung menurunkan perlengkapan menyelamnya, membuat si pengawal keheranan. "Memang batu merahnya tertinggal didalam danau?"

"Iya, bahkan batu merahnya tenggelam didasar danau." Adnan langsung menjawabnya dan memberikan beberapa perlengkapan lain kepada pengawal itu, untuk membantunya membawakan alat-alat tersebut.

Mereka melangkah kakinya menuju danau tempat dimana acara lomba berenang dilaksanakan. Adnan juga langsung menerka-nerka dimana letak Natya sempat tenggelam. "Ikuti aku!"

Adnan menghentikan langkahnya tepat dimana ia menemukan batu besar yang ditarik bersama pengawal kerajaan Ventera. "Kemungkinan disitu letaknya." Tunjuknya kearah air danau.

"Tunggu apa lagi? Ayo pakai!" Natya memberikan pakaian selam pada Adnan. Dirinya juga ikut memakai pakaian selam dengan tabung oksigen yang lumayan berat. Tak lupa mereka juga memakai lampu penerangan yang diletakkan diatas kepala.

"Putri yakin akan mencarinya sendiri?" Pengawal tidak yakin jika sang putri terjun langsung untuk mencari barang yang hilang.

"Memangnya kenapa?"

"Bagaimana jika aku meminta bantuan pengawal yang lain untuk mencarikannya?"

"Tidak perlu! Aku tidak mau merepotkan siapapun. Kamu tinggal tunggu kami kembali ke daratan." Natya memasangkan kacamata selamnya. "Ayo Adnan!"

Adnan mengangguk, melangkahkan kakinya memasuki perairan danau, diikuti dengan Natya dibelakangnya. "Kau ingat-ingat dimana kau tenggelam, disitu pasti letaknya."

Cahaya Transmigrasi✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang