Bab 47 obat nyamuk

182 27 4
                                    

_𝖘𝖊𝖑𝖆𝖒𝖆𝖙 𝖒𝖊𝖒𝖇𝖆𝖈𝖆_

Natya masih terduduk dengan tubuh tegang, tatapannya kosong meskipun tubuhnya sudah bersih dan sudah mengenakan gaun birunya.

Eina, dayangnya, merasa sangat bingung dengan situasi saat ini. "Putri," panggil Eina dengan lembut. Natya perlahan menoleh ke arah Eina, matanya masih terlihat kosong.

"Maaf, putri. Apakah ada yang bisa saya bantu? Mungkin sup hangat?" Eina mencoba menawarkan bantuan.

Natya hanya menggelengkan kepala, tiba-tiba, ia memeluk Eina dengan erat. Wanita kucing itu terkejut dengan perilaku sang putri, namun dengan cepat membalas pelukan dengan lembut, mengusap punggung Putri.

Dalam pelukan yang hangat, Natya akhirnya mengeluarkan suaranya. "Aku tahu, kamu pasti heran dengan sikapku."

Tapi Eina dengan lembutnya menjawab, "tidak, Putri. Aku hanya khawatir padamu."

Natya melepaskan pelukan."Aku melihat makhluk itu, Eina. Makhluk tak kasat mata."

Ketika mendengar pengakuan itu, mata Eina melebar, penuh kebingungan. "Bagaimana bisa, Putri?"

"Aku menggunakan ramuan penyihir untuk melihat makhluk tak kasat mata itu."

Kata-katanya membuat Eina terkejut. Wanita kucing itu mulai membayangkan bahwa makhluk-makhluk tersebut memiliki rupa yang mengerikan, yang cukup untuk membuat makhluk putri seperti putri Rubliena ketakutan.

"Tapi makhluk itu tidak menyeramkan Eina, aku hanya tidak yakin dengan apa yang telah aku lakukan pada makhluk itu."

Dengan penuh rasa ingin tahu, Eina makin mendekati putri dan dengan antusias bertanya. "Apa yang sebenarnya putri lakukan kepadanya?"

"Sebelum aku menceritakannya, apakah kamu bisa menjaga rahasia?"

"Tentu putri! aku selalu menjaga rahasiamu dan tidak pernah sedikitpun ada niatan untuk menyebarkannya, lagipula hidup dan matiku tergantung padamu. Aku sudah menyerahkan seluruh hidupku menjadi dayangmu, Putri." Eina menjawabnya dengan semangat 45.

"Sebelumnya, maafkan aku Eina." Natya kembali memeluk wanita kucing itu.

Eina juga langsung memberikan pelukan hangat kepadanya walaupun di dalam benaknya masih merasapenasaran, mengapa Putri meminta maaf kepadanya? Lalu apa rahasia lagi yang akan diceritakan Putri hingga sangat dirahasiakan?

Natya kembali melepaskan pelukannya, menatap mata hitam wanita ras kucing itu. "Kamu akan terus setia dengan Putri Rubliena setelah apa yang terjadi 'kan?"

"Tentu putri, aku akan selalu setia kepadamu hingga ujung nyawaku." Eina dengan entengnya menjawab pertanyaan itu, namun seketika ia merasa aneh dengan kalimat pertanyaan Putri Rubliena. Mengapa putri menyebut dirinya sendiri di dalam kalimat itu? seolah bukan dia sendiri.

Baru saja Natya membuka mulutnya untuk berbicara, Adnan tiba-tiba masuk tanpa mengetuk pintu membuat penghuni didalamnya langsung menoleh kearahnya. "Eina! Ijinkan aku berbicara berdua dengan putri."

Eina mengangguk, menatap putri Rubliena sejenak sebelum ia melangkahkan keluar dari ruangan.

Setelah tubuh kucing itu tidak terlihat lagi, Adnan mendekatkan dirinya pada Natya. "Sangat bahaya jika kamu gampang mengatakan rahasia! Sudahku bilang jangan percaya siapapun, kenapa kamu masih saja percaya dengan makhluk disini?"

Cahaya Transmigrasi✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang