Bab 21 pangeran Victor

278 48 7
                                    

_𝖘𝖊𝖑𝖆𝖒𝖆𝖙 𝖒𝖊𝖒𝖇𝖆𝖈𝖆_

SEHARI SEBELUMNYA.

Pangeran Victor duduk di dalam kereta kudanya setelah mengantarkan Putri Rubliena, dengan memandangi sekitarnya yang tertutupi salju. Di perjalanan menuju ke istana, dia dibuat terkejut mendengar teriakan seekor makhluk. "Pangeran! Berhenti!"

Pangeran Victor langsung mengetuk pembatas dirinya dengan kusir. "Hentikan keretanya!" Kusir langsung menghentikan kereta kudanya.

Makhluk dengan ras domba, dengan rambut gimbal bewarna putih langsung menghampiri kereta kuda pangeran dengan kondisi nafas terengah-engah.

"Ada apa?"

"Saya telah menemukan markasnya!"

Pangeran senang mendengar kabar tersebut. "Antarkan aku kesana! Ajak juga para penembak profesional. Aku tidak mau mengotori tanganku."

"Baik pangeran, ikuti saya!"

Pangeran mengetuk pembatas antara dirinya dengan kusir. "Ikuti pemuda itu." Kusir langsung menjalankan kereta kudanya mengikuti pemuda yang menunggangi kuda sendirian.

***

Pangeran Victor bersama pemuda itu, telah berkumpul dengan para penembak profesional yang sudah mereka sediakan. Lima penembak profesional itu datang menemui pangeran Victor di ruangan terbuka dengan cuaca yang dingin.

Walaupun tempat itu terbuka, tempat itu aman menjaga rencana atau rahasia yang diucapkan pangeran Victor kepada seluruh penembak profesional. Karena tempat terbuka itu sama sekali tidak ada makhluk yang melewatinya, bahkan pangeran Victor sendiri pun tidak tahu bahwa tempat itu ada.

Pangeran Victor menatap satu persatu para penembak profesional tersebut. "Sesuai rencana! Habisi semua makhluk di dalam kedai itu!"

"Baik pangeran!" Seru semua penembak profesional.

Mereka semua bergegas menuju tempat yang sudah ditentukan. Dengan cara menyamar sebagai salah satu diantara mereka, serta menyembunyikan senapannya di balik jaket.

Sedangkan pangeran Victor tidak ikut memasuki kedai tersebut,  melainkan dia mendatangi kedai di seberang lokasi markas. Tak lupa, dia juga memesan layaknya makhluk normal di sana. Dan juga menduduki bagian terluar dari kedai tersebut untuk mendengarkan, serta mengamati penembakan yang dilakukan para penembak profesional.

Setelah pangeran Victor melihat para penembak profesional miliknya memasuki kedai tersebut, dia memang tidak langsung mendengar suara tembakan namun tak lama.

DOR DOR DOR!!

Pangeran Victor tidak menyangka suara tembakannya mampu terdengar sampai ke seberang kedai, tempat dia duduk. Pangeran Victor sangat menikmati suara tembakan tersebut, hingga senyumannya mengembang. "Bodoh..Bodoh..!!"

Pangeran Victor mengambil secangkir minumannya yang sempat dia pesan, menyeruputnya dengan santai, mendengarkan alunan musik dari kedai, serta mendengarkan suara tembakan bertubi-tubi dari kedai di depannya.

Pangeran Victor mengangkat tangannya kepada pemilik kedai. "Tambah minumannya lagi!" Pandangannya kembali ke kedai di depannya dengan senyuman puas.

Cahaya Transmigrasi✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang