Bab 45 pertarungan pedang

193 29 9
                                    

_𝖘𝖊𝖑𝖆𝖒𝖆𝖙 𝖒𝖊𝖒𝖇𝖆𝖈𝖆_

Hari-hari yang mereka lalui di pengungsian dipenuhi dengan berbagai aktivitas. Mereka bekerja keras untuk mengumpulkan bahan makanan yang akan digunakan untuk kebutuhan di masa depan, jika situasi memaksa mereka untuk tidak keluar dari tempat pengungsian.

Natya juga menghabiskan banyak waktunya untuk berlatih tarung bersama Pangeran Victor. Kini, dia tidak lagi memakai jubah hitamnya ataupun gaun kerajaan sebagai identitas putri Rubliena. Sebagai petarung, Natya mengenakan pakaian khusus berwarna putih yang memberikan keleluasaan gerak dan kenyamanan selama latihan mereka.

Jangan tanya di mana Eina, saat ini wanita itu tengah sibuk bekerja sama dengan Adnan dalam mengatur para penduduk pengungsian di bangunan tersebut.

Sebenarnya, bangunan pengungsian terdiri dari banyak sekali wilayah yang dibagi-bagi. Natya, Adnan, dan Eina berada dalam satu bangunan, sementara Raja Snothy dan beberapa pengawalnya berada di bangunan yang berjarak agak jauh dari mereka. Pangeran Victor sendiri bertugas mengatur wilayah pengungsian yang lain bersama dengan pengawal-pengawalnya. Semua bekerja keras untuk menjaga keamanan dan kesejahteraan penduduk pengungsian.

Beberapa hari setelah insiden mengerikan yang menimpa penduduk, tidak ada tanda-tanda bahwa makhluk tak kasat mata itu mendekati wilayah pengungsian. Namun, penduduk tetap mewanti-wanti dan menjaga kewaspadaan, dengan cara menyiapkan stok bahan pangan sebanyak mungkin untuk memastikan keberlanjutan kehidupan di bangunan pengungsian.

Penduduk terus melakukan aktivitas harian seperti memasak, membersihkan tempat, dan saling berbicara tentang strategi yang akan mereka ambil jika kejadian mengerikan itu terulang kembali.

Hari-hari pelatihan Natya bersama Pangeran Victor memberikan hasil yang memuaskan, terutama karena pelatihnya adalah pujaan hatinya. Setiap hari pelatihan petarung menjadi momen yang sangat dinanti.

Ketika mereka berdua berada di tempat di mana Natya sering berlatih bertarung, tiba-tiba Pangeran Victor melemparkan sebilah pedang ke arahnya. Natya, dengan refleks cepat, menghindari pedang tersebut sehingga senjata itu menancap di atas salju.

"Mengapa kau tidak menangkapnya?" Pangeran Victor dengan mudahnya bertanya seperti itu. Sangat sesat!

Dengan tatapan yang menusuk mata, Natya merasa kesal. "Pangeran ingin melukai aku dengan pedang itu?"

"Tidak," jawab Pangeran Victor dengan nada datar dan singkat.

"Lalu mengapa pangeran tidak memberikannya dengan baik-baik padaku? Kamu sama saja seperti Adnan!" Natya mengambil pedang yang terjatuh.

Pangeran Victor tersenyum. "Kau yakin menyamakanku dengan lelaki itu?"

Natya menggelengkan kepala dengan ekspresi malas. "Apa yang harus aku lakukan dengan pedang ini?"

Pangeran Victor tertawa. "Tentu saja, untuk melawanku. Kau ingin beradu pedang denganku, 'kan?" Ekspresi ceria terpancar di wajahnya.

"Baiklah." Natya mengayunkan pedang tersebut tepat didepan wajah Pangeran Victor, tetapi Pangeran Victor melihatnya dengan tenang tanpa merasakan hawa ancaman, dan tahu bahwa gerakan itu salah.

"Kau salah mengayunkannya." Pangeran Victor mendekati Natya. Dia meraih pedang dan memperbaiki cara memegangnya. "Jika kau menyerang lawanmu seperti tadi, bisa merusak persendianmu dan membuatmu mudah dikalahkan."

Cahaya Transmigrasi✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang