CHAPTER 5

1.2K 146 8
                                    

A/N : haii.... Apakah masih betah menunggu cerita ini? Apakah ini cukup menarik atau membosankan?

----

Polisi wanita itu menutupi dirinya dengan mantel coklat saat berjalan ke taman. Dia berjalan menuju tempat janji temunya, dia bertemu dengan sosok yang sedang duduk di atas meja dengan hoodie hitamnya. Freen langsung mengenalinya dan mendekati orang itu.

".... Becky."

Sosok itu tidak menanggapi tetapi perlahan menoleh kearahnya. Freen melakukan kontak mata dengan sosok yang gadis yang dingin itu dan Freen mendekati gadis itu. Namun agak aneh, pencuri mungil itu tampak lebih pendiam daripada biasanya. Itu membuat polisi wanita itu penasaran dan menaruh tangannya di bahu gadis itu.

"Kamu baik-baik saja?"

"......"

Becky sedikit tersentak dan saat itulah Freen melihat sekilas cairan merah di lengan kanannya. Polisi itu bergegas memegang lengannya dengan lembut dan memeriksa lukanya dengan khawatir. Itu adalah lula pendek di lengannya namun cukup dalam mengenai dagingnya. Kemudian hal berikutnya 6angbdia lihat adalah bola hitam mengkilap di lantai. Dia mengambilnya dan itu berlumuran darah.... Sepertinya itu darah Becky. Saat itulah Freen menyadari bahwa pencuri itu tertembak di lengannya dan dia mengeluarkan pelurunya sendiri.....

"Apa yang terjadi......? Beri tahu saya."

"Aku harus mengatakan apa? Mengatakan bahwa salah satu anggotamu menembak ku?

Dia memelototi Freen dengan ganas dan polisi itu menyadari bahwa dia yang harus disalahkan secara tidak langsung. Rekannya menembak Becky. Tatapan itu mengingatkan nya pada status Becky di masyarakat. Mereka adalah musuh, mereka seharusnya lebih dari siap untuk saling membunuh setiap saay. Alih-alih membawa perasaan bersalah, Freen hanya diam untuk beberapa waktu.

"Apa yang kau gunakan untuk mengeluarkan peluru itu?"

"...... Apa lagi kalau bukan dengan pisau?"

"Bukankah itu akan sangat sakit?"

"Tidak ada lagi yang bisa kulakukan, lagipula aku sudah terbiasa dengan hal itu."

Freen menghela nafas pelan dan kemudian melihat pisau saku berdarah disamping Becky. Tampaknya dia menggunakan pisau itu untuk mengeluarkan peluru. Dua tahu itu pasti menyakitkan baginya namun dia tidak mengeluarkan air mata. Polisi itu meminta Becky untuk duduk di kursi karena dia ingin mengobati luka Becky. Namun tampaknya Becky menolak melakukannya.

"Ini bukan urusanmu! Kamu hanya akan membuat luka lebih banyak, jadi apa gunanya kau membantuku? Bukankah seharusnya kau senang melihatku terluka?"

"Bagaimana kau bisa mengeluarkan kata-kata seperti itu!!!?

Kali ini Freen meninggikan suaranya karena marah pada Becky. Dia tidak percaya dengan apa yang dia dengar dan itu adalah kalimat yang tidak berperasaan, namun di warnai dengan kesedihan di dalamnya. Seolah-olah dia telah kehilangan harapan pada nilai kemanusiaan dan semua orang di sekitarnya. Hanya mendengar itu membuat hati Freen sakit.

"Kamu terluka.... Apapun status yang kami miliki, kamu tetap seseorang yang terluka. Aku masih memiliki rasa kemanusiaan! Jadi apakah kau mau duduk dengan baik atau kau mau aku memaksa mu?"

Love CaptureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang