Bab 14

719 53 0
                                    

Haaii

I'm back

Bagi yang nunggu aja yaa

Yang gak nunggu baca juga aja hehehe

_______________________________________

Arkan melihat adik perempuannya tidur dengan tenang di brankar. Ia mendekat dan duduk di kursi yang ada di samping brangkar. Ia menggenggam tangan stacy, ia tidak tega melihat adiknya dengan perban yang melilit di kepalanya.

"maafin abang, abang gak bisa jagain kamu, abang juga selalu salah ambil langkah. Mulai sekarang abang gak mau jadi pengecut lagi, maafin abang."

Arkan menangis. Ia bingung bagaimana cara mengatakan hal ini kepada ayah dan abangnya. Ia tau ayahnya sangat membanci adiknya. Sedangkan abangnya yang hanya selalu diam sedang di luar negeri mengurus perusahaan ayahnya. Kepala Arkan tertunduk lesu, hingga pintu ruangan itu terbuka. Ia langsung membersihkan sisa air matanya dan melepaskan tangan adiknya.

Devan masuk dan diikuti perawat yang akan membantu membersihkan luka arkan.

"lo pulang aja, biar gue yang jaga stacy".

"gak, gue nginap di sini juga".

"lo mau tidur dimana?".

"Di sofa".

"oke, gua gak maksa lo ya." devan menyeringai.

Jam sudah menunjukan pukul 10 malam. Stacy memang di berikan bius hingga besok pagi, sehingga ia tidak akan bangun menjelang besok. Arkan tidur di sofa dengan bantal dan selimut tambahan yang diberikan oleh perawat tadi. Sedangkan devan, ia naik ke atas brankar stacy dan tidur di sampingnya.

"eh, lo kenapa tidur disitu?"

"tadi gue bukannya udah tanya lo tidur dimana, kalau lo di sofa ya berarti gua disini."

"ta-"

"udah tidur aja, gue juga gak bakal apa apain adek lo. Lo bisa pegang omongan gue."

Keesokan paginya arkan yang lebih dulu bangun melihat teman dan adijnya tidur berpelukan di atas brankar. Arkan berdiri dengan kesal dia membangunkan devan dan menyuruhnya untuk membeli sarapan. Dia juga beralasan kalau makanan rumah sakit tidak enak. Dengan berat hati devan bangun dan membeli sarapan untuk calon abang iparnya. (garis bawahi yaa guys hehe).

'kapan lagi gue bisa nyuruh-nyuruh devan'. Monolognya sambil terkekeh dan duduk di samping brankar stacy.

Arkan merenung sambil memegang tangan stacy. Dia juga tidak sadar sudah menangis karna mengingat perbuatannya dulu. Dia lebih memilih untuk membela angel daripada adiknya sendiri.

"ngapain lo nangis?, gue masih hidup dan Belum mati". Stacy menarik tangannya yang di genggam oleh arkan.

"masing pusing?".

"uda gak, awas gue mau ke kamar mandi." stacy menyadari sesuatu.

"lo ngapain nangis?."

"gak, gue gak pa pa, gue lega karna bisa nyelamatin lo. Gue gak tau gimana hidup gue kalo gue kalah cepat waktu itu". Arkan menangis sesegukan.

Stacy membatalkan keinginannya untuk kekamar mandi. Dia mendekat ke arah arkan dan memeluknya.

"iya, makasih ya udah nolngin gue. Sekarang gue udah gak pa pa kok".

Arkan membalas pelukan adiknya. Dia masih belum bisa berhenti menangis.

"udah pelukannya?". Devan datang dengan menenteng kantong plastik berisi sarapan.

"lo nyuruh gue keluar, karna lo mau meluk cewek gue?"

"kalau iya pun, dia adik gue. Gue lebih berhak daripada lo".

"udah-udah, gue mau kekamar mandi dulu."

"sini sayang aku bantu."

Arkan melihat interaksi keduanya hanya bisa menggelengkan kepalanya. Bagaimana bisa adiknya berakhir dengan temannya yang psikopat itu.

_______________________________________

To be continue

See yaaaaaaaaaa

STACYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang