Bab 17

891 47 0
                                    

Holaaa

Aku kembali

Udah mau end aja ceritaku

---------------------------------------------------------
Stacy kekelas dan diikuti oleh Devan.
Stacy langsung membereskan barang-barangnya dan memasukkannya ke tasnya. Devan hanya diam dan mengekori stacy.
Ketika stacy ingin keluar dari kelasnya, Devan mencekal tangannya.
Stacy berhenti, tetapi masih enggan untuk berbalik. Devan menarik tubuh stacy dan memeluknya. Tangis stacy meledak, devan mengeratkan pelukannya dan mengusap punggung rapuh stacy.

"Ayo aku antar pulang."

Stacy menurut dan mengikuti langkah devan.

Sesampainya dirumah, Stacy langsung kekamarnya dan membereskan barang-barangnya. Ia hanya membawa sedikit barang, karna hanya itulah yang  sebenanya ia punya. Setelah barangnya siap, stacy turun dengan devan yang langsung mengambil alih kopernya.

Suara mobil dan motor terdengar diluar. Derap langkah cepat hingga berlari semakin mendekati mereka yang ingin pergi dari sana, akan tetapi tidak menghambat langkah mereka untuk keluar. Stacy melihat tiga orang yang selama ini tubuh ini dambakan perhatian dan kasih sayangnya. Stacy menatap mereka, tidak ada lagi tatapan dengan binar bahagia disana, hanya ada tatapan datar dan sedikit redup. Arkan mencekal tangannya.

"lepasin gue."

"stacy dengar, abang...abang tadi kaget, dan belum bisa mencerna apa yang terjadi disana, abang juga gak tau kalau kamu udah bener-bener berubah atau belum. Gimana kalo sekarang kamu pura-pura tapi masih membully dibelakang kami."

Stacy tidak habis pikir, bagaimana bisa orang yang ingin ia percaya, ternyata masih tidak mempercayainya. Stacy menarik kasar tangannya dan menampar pipi arkan.

"Gue juga gak nyangka, kenapa gue masih mau aja percaya sama lo."

Arkan tersentak, apa yang sudah ia katakan tadi pikirnya.

"abang minta maaf." arkan menunduk penuh penyesalan.

"stacy". Giliran ayahnya yang memanggilnya.
"Papa minta maaf nak."

"Papa?, Siapa papa saya?, Papa sudah mati 17 tahun yang lalu, ketika saya dilahirkan."

Adam tertunduk, ia menyesali semua perbuatannya.
Arland, abang pertamanya hanya diam. Ia merasa tidak pantas untuk hanya sekedar minta maaf pada adiknya.

"Sekarang saya tidak akan lagi kembali kerumah ini, Anda Tuan Adam yang terhormat, anda bisa mengeluarkan saya dari daftar nama keluarga anda." Stacy tersadar akan sesuatu.
"Ah..Saya lupa, bahkan nama saya saja tidak terdaftar disana."

Stacy dan Devan berlalu dari sana. Setelah mobil mereka keluar dari gerbang, Keluarga alexander masih tetap setia memandang pagar yang sudah tertutup kembali.

"lo harusnya jangan ngomong kayak tadi sama stacy." ucapan Arland membuar arkan murka. Ia tadi sudah berusaha untuk tidak mengeluarkan emosinya pun Langsung memukul pipi abangnya.

"Lo, dari dulu gak pantas jadi anak pertama. Anak pertama itu harusnya bijaksana, bertanggung jawab sama adeknya. Tapi Lo, kalo ada masalah lo cuma bisanya nyalahin orang. Lo gak pernah intropeksi diri lo. Lo bilang gue gak harus ngomong gitu tadi, apa kabar sama kelakuan lo yang nampar stacy tadi di sekolah, hah?."

"Sudah, jangab berdebat lagi, kita semuanya salah disini. Sekarang kita harus cari cara buat bujuk kakek kalian agar tidak membawa Stacy pergi." setelah berucap Adam masuk kedalam rumah. Setelahnya Arland menyusul masuk.

"Aaaaakh!!!". Arkan berteriak keras. Kalo aja gue bisa berpihak ke Stacy tanpa ragu-ragu, mungkin stacy gak akan pergi.

Disisi lain, Devan dan Stacy sampai di rumah Devan. Ia ingin berpamitan kepada orang tua Devan. Mama devan sayang padanya. Jadi ia tidak tega pergi tanpa memberitahu beliau.

STACYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang