Bab 13

696 53 0
                                    

Update lagi iniii

Selamat membaca

_______________________________________

Stacy sedang duduk di kursi panjang yang berada di sudut bangunan sekolahnya. Tempat tersebut sudah tak terpakai dan terbilang sepi.

"gimana caranya gue balik ke dunia gua lagi?, disini drama nya lebih parah dari pada hidup gue sebelumnya. Gua cuma mau hidup damai dan tenang."

Terdengar bunyi bell tanda proses pembelajaran selanjutnya akan dimulai. Stacy berdiri seraya menepuk roknya membersihkan kotoran yang menempel, lalu mulai berjalan meninggalkan gedung itu.

Tiba-tiba badannya ditubruk sesuatu, sehingga dia oleng dan kepalanya menabrak sesuatu. Terdengar shara barang yang pecah tidak jauh dari dia jatuh tadi. Teriakan panik dan derap langkah dari beberapa orang. Stacy masih di ambang kesadarannya. Sepertinya kepalanya berdarah. Dia ingin pingsan, agar rasa pusingnya hilang. Tapi dia masih sadar, dan malah tidak pingsan.

Terdengar sayup-sayup suara yang dia kenal. Seseorang tersebut juga memeluknya, dan pastinya yang menolongnya juga.

"stacy bangun!, jangan tutup mata kamu".

Terdengar suara derap langkah seperti orang yang berlari karna kesetanan.

"Awas lo!".

Pemuda yang memeluk stacy terlempar kesebelahnya. Lalu seseorang yang tadi datang langsung menggantikannya memeluk stacy.

"stacy bangun, sayang bangun sayang!".

Semua orang yang mendengarnya kaget.

Sayang??

Arkan juga kaget, setelah terlempar kesamping, dan mendengar devan memanggil adiknya dengan kata sayang.

"Devan, sejak kapan lo sama adik gue..!". Arkan terdiam.

Devan memegang kepala stacy dan melihat ada darah disana. Lalu iya menggendong stacy dan membawanya kerumah sakit.

"cari pelakunya sampai ketemu".

"oke". Mereka menjawab dan langsung mengikut dibelakang devan.

Dirumah sakit

Stacy sudah terbaring di brangkar rumah sakit. Dia masih setengah sadar.

"Dev".

"hm?, kenapa sayang?, ada yang sakit?".

"Dokternya mana?".

"itu dia udah datang, sabar yaa".

Dokter langsung memeriksa stacy. Lalu Suster yang datang bersama dokter tersebut mengurus luka yang ada di kepala stacy.

"lukanya tidak terlalu dalam, jadi cuma butuh istirahat sampai lukanya sembuh saja, ada keluhan lainnya?".

"Dokter, bisa kasih obat bius aja gak?".

Semua orang yang ada di ruangan tersebut langsung melihat ke stacy. Devan mengernyit heran.

"kenapa sayang?"

"pusing banget, mau pingsan gak bisa".

Mereka Langsung terkikik geli melihat stacy yang setengah sadar mengatakan hal tersebut.

"mas nya langsung tebus obatnya dulu yaa, biar mbaknya bisa istirahat dan gak Pusing lagi, mbak stacy saya tinggal ya, nanti jangan lupa diminum obatnya".

Diluar ruangan devan melihat teman-temannya dan dua perempuan yang mana dia lupa nama dari salah satunya, yang satunya lagi jelas dia tau siapa.

Devan melihat arkan yang terduduk lesu di kursi tunggu rumah sakit.

"kan, lo jaga stacy dulu, gua mau nebus obat". Arkan langsung berdiri dan hilang dibalik pintu kamar rawat stacy.

"Devan aku ikut ya". Ucap kedua perempuan tadi serentak.

"bayu".

Bayu yang mendengar namanya dipanggil langsung berdiri dan memegang tangan angel dan lauri.

"lepasin gue, gue mau ikut devan".

"udah diam aja lo disini". Ucapnya pada angel. "Lauri juga gak usah ikut yaa, disini aja sama aku". Lauri mengganguk dengan tangan yang mengepal karna menahan kekesalan.

Devan melanjutkan jalannya hingga ke bagian obat-obatan.Ia menyerah resp obat dan disuruh untuk menunggu obat yang sedang diracik dibagian farmasi. Benda persegi panjang di kantongnya bergetar. Devan nelihat ada pesan masuk berupa video. Devan tersenyum smirk.

"i got you".

_______________________________________

To Be Continued

STACYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang