Indra penciumannya menangkap harum semerbak mewangi masakan dari arah dapur. Pemuda yang masih mengenakan piama itu melangkahkan kaki dengan gontai menuju tempat di mana wewangian itu berasal seraya mengucek matanya yang masih mengantuk.
Selain mengganggu tidur lelapnya, masakan yang sepertinya lezat itu telah menggugah selera makannya di pagi-pagi buta seperti ini.
Sungguh, Park Jeongwoo merutuki siapapun yang memasak di jam yang masih menunjukkan pukul lima dini hari.
"Oh, ternyata itu kau, Junghwan-ah?"
Jeongwoo mengambil segelas air sembari menguap tak tahan menahan kantuk. Lalu duduk di bangku yang terletak di area meja makan, memandangi adik laki-lakinya yang sedang khidmat memasak seolah tak peduli akan kehadiran dirinya.
"Apa yang kamu masak?"
"Samgyetang," jawab Junghwan singkat sambil menghirup aroma sup buatannya. Tak lupa ia juga mencicipi sedikit yang membuat senyumnya merekah saat seasoning terakhirnya dirasa sudah pas.
Jeongwoo mengangguk-nganggukkan kepala mengerti. "Untuk siapa? Apa itu untukku? Kau tidak perlu repot-repot seperti itu, Junghwan-ah," gurau si sulung Park dengan memamerkan deretan gigi.
Tak lama setelah itu, Junghwan mematikan kompor dan mengangkat pancinya lalu menuangkan seluruh sup ke wadah yang telah dirinya siapkan. "Terkadang terlalu percaya diri itu tidak baik," dengusnya kemudian.
"Jika bukan untukku, lalu untuk siapa kau memasak itu? Apa kamu tidak bisa tidur karena kelaparan lalu tidak sengaja membuat sup Samgyetang yang tidak semudah merebus mi instan ini?"
Junghwan menggeleng-gelengkan kepala. "Aku akan ke apartemen pagi ini."
"Jadi, apa itu semua untuk Junkyu-Hyung!?" kaget Jeongwoo yang membuatnya tanpa sadar berdiri dan meninggikan nada biacaranya.
Ia hanya sedikit terkejut mengingat tentang seseorang yang terakhir ia temui lebih dari seminggu lalu itu. Bukannya apa, Jeongwoo hanya belum bisa menerima kenyataan bahwa pemuda yang dibawa adiknya tempo hari itu tengah mengandung seorang anak.
Tunggu, apa Junghwan sudah mengetahui semuanya? Atau, haruskah ia memberi tahu adiknya akan fakta ini? Ah, Jeongwoo tidak berhak untuk melakukan itu.
"Ada apa dengan reaksimu?"
Jeongwoo memalingkan wajah sembari berbisik, "apa Samgyetang bagus untuk kehamilan?"
Sedangkan Junghwan tanpa sengaja masih dapat mendengar samar-samar apa yang kakaknya baru saja katakan. "Hamil? Siapa yang sedang hamil?" tanyanya penasaran.
"APA KAU MENGHAMILI ANAK ORANG!?"
"Yak! Pelankan suaramu, Bodoh!" panik Jeongwoo.
Junghwan menatap selidik Jeongwoo, memasang raut curiga. "Jadi, apa itu benar?" tanyanya setengah berbisik.
"Tentu saja tidak. Apa yang kau pikirkan?"
Tanpa menjawab Jeongwoo lagi, Junghwan yang telah selesai mengemasi bekalnya bergegas meninggalkan dapur dan bersiap untuk ke apartemen miliknya di pusat kota. Dirinya sudah tidak sabar melihat reaksi Junkyu saat menyantap makanan buatannya. Semoga ia suka!
"Semoga kau tidak salah dalam memilih, Junghwan-ie. Aku tidak mau melihatmu terluka, bahkan di cinta pertamamu," ujar Jeongwoo setelah melihat punggung Junghwan menjauh.
***
"Junghwan?" ucap Junkyu sesaat setelah membuka pintu apartemennya.

KAMU SEDANG MEMBACA
EXILE (JeongKyuHwan vers.)
Fanfiction[Jeongwoo x Junkyu x Junghwan] Highest rank: 🥇1st on #Jeongkyu - Nov 30 Kim Junkyu harus merelakan masa mudanya untuk mengurus anak di luar nikah yang sedang ia kandung. Junkyu pun terpaksa mengasingkan diri, ia harus hidup dan menghidupi anaknya...