Sepatu bot hitam mengkilap yang terlihat tebal itu terpancar dari seorang pria berpakaian serba gelap. Langkahnya yang pasti menambah kesan betapa sigapnya dia, atau lebih tepatnya, ia sedang terburu-buru menuju ke suatu tempat untuk menemui seseorang.
Pria berjaket kulit itu keluar dari bandara internasional Korea Selatan setelah berhasil mendarat dengan selamat atas penerbangannya dari Negeri Sakura. Kacamata musim panas juga dengan gagah bertengger di hidung bangirnya. Jangan lupakan arloji yang melingkar dengan cantik di pergelangan tangan, tampak sangat elegan untuk dirinya pakai.
Tangan kirinya menenteng satu buah koper, sedangkan tangan kanannya sibuk memeriksa ponsel yang kini sedang menampilkan sebuah foto dua orang yang satu di antaranya sangat ia kenal.
Bahkan sudah pria itu incar selama beberapa bulan belakangan. Mendapat sedikit petunjuk akan eksistensi batang hidung dari orang yang ia cari selama ini turut membangkitkan sunggingan senyumnya. Penuh arti.
"Urus postingan yang kukirim barusan. Kau sudah tahu apa pekerjaanmu, bukan?" titah si pria misterius kepada suruhannya melalui sebuah sambungan telefon.
Setelah mendengar jawaban seperti apa yang dirinya mau, pria itu kunjung memutus sambungan telefon secara sepihak tanpa perlu repot-repot memberi salam penutup atau sekadar ucapan terima kasih. Persetan sopan-santun!
Lengannya terjulur untuk memberhentikan sebuah taksi. Tak membutuhkan waktu lama baginya untuk bisa menemukan kendaraan yang akan mengantarnya ke tempat yang dia tuju.
Jika bukan mendesak, sudah pasti pria itu akan dijemput seorang supir pribadi yang siap mengantarnya ke mana pun yang dirinya mau. Kali ini sedikit berbeda, karena ia sedang dalam misi yang cukup bersifat rahasia. Pria berambut hitam legam itu sedikit tidak nyaman apabila terdapat orang lain yang terus-terusan mengekor di belakangnya.
Setelah berjam-jam perjalanan, akhirnya ia telah sampai di suatu alamat yang berhasil dirinya dapatkan. Menginjakkan kaki dalam sebuah apartemen yang terlihat cukup mewah jika harus dibandingkan dengan apartemen lainnya yang terdapat di Kota Iksan.
Jari telunjuknya dengan tak sabar terus menekan tombol bel yang berada di luar pintu salah satu unit. Sesaat ia sedikit terkejut saat mendengar sahutan dari dalam kamar apartemen bernomor 609 ini yang terdengar asing, tidak seperti suara seseorang yang sedang ia cari-cari.
Hingga akhirnya, tak berselang lama sebuah kepala menyembul keluar dari balik pintu, menampilkan paras yang terlihat cukup menarik perhatiannya sepersekian detik sebelum tersadar akan lamunan dan kembali fokus akan tujuannya datang kemari.
"Siapa, ya?" tanya pemuda di hadapannya itu yang kini telah membuka pintu secara penuh. Pakaian yang pria ini kenakan cukup terlihat santai dengan menggunakan atasan piama dan celana super pendek, sedikit menampilkan kulit pahanya yang mulus dan putih.
"Di mana Junkyu?"
Pertanyaan tersebut sukses membuat pria yang diketahui bernama Jihoon itu mengerutkan dahi. Bertanya-tanya siapakah pria misterius ini dan ada hubungan apa dirinya dengan sahabat barunya, Kim Junkyu?
"Junkyu sedang sakit, ia tidak bisa diganggu sekarang. Dan, ada keperluan apa Anda mencarinya?" tegas Jihoon dengan wibawanya sebagai seorang dokter. Yah, meskipun sangat tidak cocok dengan apa yang dirinya kenakan sekarang, tapi setidaknya ia mencoba untuk melindungi Junkyu.
"Sakit?" pekik pria berpakaian serba hitam tersebut dan mencoba untuk menerobos masuk ke dalam kamar apartemen dengan menabrak bahu Jihoon sedikit keras. Cukup untuk membuat pemuda bermarga Park itu mengaduh dan naik pitam.
Raut khawatir pria misterius itu berubah kesal saat lengannya ditahan oleh seorang pemuda aneh yang berlaga sok seperti pahlawan barusan. "Siapa yang memberimu izin untuk masuk?" ketus Jihoon berusaha menahan langkah pria tersebut sekuat yang dirinya mampu.

KAMU SEDANG MEMBACA
EXILE (JeongKyuHwan vers.)
Hayran Kurgu[Jeongwoo x Junkyu x Junghwan] Highest rank: 🥇1st on #Jeongkyu - Nov 30 Kim Junkyu harus merelakan masa mudanya untuk mengurus anak di luar nikah yang sedang ia kandung. Junkyu pun terpaksa mengasingkan diri, ia harus hidup dan menghidupi anaknya...