Selang infus kembali terpasang di tubuh lemah Kim Junkyu. Kini keadaannya sudah jauh lebih baik setelah menerima penanganan dari tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit terbaik kota ini.
"Kita tidak bisa tinggal diam begitu saja. Melihat kondisi fisik Junkyu, aku rasa ia tidak akan bisa bertahan hidup jauh lebih lama lagi jika keadaan terus menekan dirinya."
Jeongwoo mengangguk mengerti. Mengamini apa yang telah pria berjas putih itu katakan di hadapannya. Manik serigalanya menyorot Junkyu yang sedang tertidur lelap di ranjang rumah sakit, terkulai lemas tak berdaya.
Dibanding iba, perasaan marahnya jauh lebih besar sekarang. Iya, marah kepada pria tak bermoral yang telah lari dari tanggungjawabnya itu. Jeongwoo bersumpah akan menghajar pria yang telah membuat Junkyu menjadi seperti ini nanti jika mereka sampai dipertemukan.
"Lalu, apa menurutmu kita cari dan bilang saja kepada orang tuanya?"
Jihoon menghembuskan napas gusar. Jujur, dirinya juga tidak tahu harus berbuat apa sekarang melihat kondisi temannya yang sangat memprihatinkan. Di satu sisi, Jihoon sangat mempedulikan kesehatan fisik Junkyu. Namun, di sisi lain, ia juga tahu betul dengan kesehatan mental sahabatnya tersebut.
Jihoon tidak boleh gegabah dalam mengambil keputusan, bukan?
"Bahkan aku yakin kehadiran orang tuanya tidak akan cukup untuk mengobati luka di hatinya, Jeongwoo-ya," ucap Jihoon di tengah keheningan di dalam kamar kelas atas rumah sakit tempat dirinya bekerja itu.
Jeongwoo menggaruk tengkuknya yang sebenarnya sama sekali tidak gatal. "Lalu kau memintaku melakukan apa? Menjadi suami Junkyu-hyung-nim dan menggantikan peran pria bajingan itu?"
"Apa kau pikir Junkyu akan mau menikah dengan bocah ingusan sepertimu?" ejek Jihoon dengan seringai di wajahnya.
Anak sulung keluarga tersohor Park itu terperangah tidak terima. "YA! APA KAU BILANG?!"
CTAK!
"Pelankan suaramu, Bodoh! Jangan lupa kau sedang berada di rumah sakit dan ada Junkyu yang sedang tertidur," omel Jihoon setelah berhasil menjitak kepala Jeongwoo dengan puas.
Sementara Jeongwoo hanya bisa memasang raut wajah kesal yang dibuat-buat seolah sedang kesakitan sembari terus mengelus kepalanya. "S-sebenarnya ada satu orang yang bisa menjaganya."
Pernyataan Jeongwoo barusan menarik kembali atensi Park Jihoon setelah mengecek keadaan Junkyu. "Siapa?" tanyanya penasaran.
"Adikku."
"Park Junghwan."
Jihoon memejamkan mata sejenak, berusaha menetralisir pikirannya yang sedang terbang entah kemana. "Apa dia sudah tahu bahwa Junkyu sedang hamil?"
"Sekarang aku sudah tahu."
Terdapat seorang pemuda berseragam sekolah yang ternyata sudah berada di balik pintu sedari tadi dan telah mendengar semuanya. Sudah jelas, itu adalah Junghwan.
Hal ini tentu mengejutkan Jihoon dan Jeongwoo. Keduanya tahu bahwa hubungan Junghwan dan Junkyu sedang tidak dalam kondisi yang baik-baik saja. Lantas, dengan terkuaknya fakta tersebut, sudah bisa dipastikan akan manambah ketegangan di antara mereka.
Tidak bisa dipungkiri, hati Junghwan terasa begitu sakit sekarang. Pikirannya memaksa memutar kembali ingatannya yang terekam bersama sosok Kim Junkyu, yang ternyata merupakan seseorang yang sedang mengandung anak dari pria yang tidak dirinya ketahui.
KAMU SEDANG MEMBACA
EXILE (JeongKyuHwan vers.)
Fanfic[Jeongwoo x Junkyu x Junghwan] Kim Junkyu harus merelakan masa mudanya untuk mengurus anak di luar nikah yang sedang ia kandung. Junkyu pun terpaksa mengasingkan diri, ia harus hidup dan menghidupi anaknya seorang diri di kota yang jauh dari asalny...