17

398 64 27
                                        

Taufan berhembus kencang. Kerlipan bintang di langit juga turut menemani sang bulan menyinari jalanan malam yang terasa sunyi. Tak ada lagi bias cahaya dari lampu kendaraan yang berlalu-lalang, hanya menyisakan pantulan binar lampu-lampu remang yang berjejer rapi di sepanjang trotoar.

Arloji yang melingkar di salah satu lengan pemuda tampan itu kini menunjukkan pukul satu dini hari. Sudah terlalu larut bagi orang-orang untuk berada di luar rumah. Namun, sebaliknya, masih begitu awal bagi mereka yang baru saja keluar dari sebuah pintu berpenjaga dengan badan kekar dan kumis tebal yang berplang 'Escape', sebuah kelab malam terramai di kota ini.

Yah, di sini lah mereka sekarang, berjalan kaki dengan gontai menyusuri trotoar menuju ke unit apartemennya yang tak lagi jauh dari jangkau pandangan. Terhitung sudah lima belas menit lamanya, Junghwan dan Jeongwoo hengkang dari kelab malam tersebut dan memilih untuk segera pulang setelah aksi gila yang telah si sulung Park itu perbuat.

Bukan tanpa alasan keduanya bersusah payah untuk berjalan kaki bukannya menaiki kendaraan umum atau sebuah taksi. Silakan salahkan Jeongwoo yang terus merancu tidak jelas sedari awal Junghwan menyeret lelaki itu turun dari atas panggung. Ia terus berujar kata-kata yang tidak masuk akal dan bergerak tidak tahu aturan.

Singkatnya, Jeongwoo sedang mabuk berat.

Berkat itu, Junghwan sedikit mengalami kesulitan untuk mengendalikan sang Kakak. Ia harus mempercepat langkahnya agar tidak ketinggalan jejak. Sampai-sampai, memesan kendaraan saja tidak sempat ia lakukan.

Toh, sebelum Junghwan berhasil menghentikan sebuah taksi, Jeongwoo sudah berlari jauh dari area gedung kelab ini dengan terkekeh tanpa dosa. Oh, iya, dan satu hal lagi, pemuda sekolah menengah tingkat pertama itu keluar dengan masih tanpa atasan.

Gila!

Nasib baik jarak kelab ini dengan apartemen mereka tidaklah terlalu jauh. Hanya memerlukan waktu 30 menit berjalan, mereka sudah bisa menginjakkan kaki di lobi apartemen dengan selamat.

Sebetulnya hal itu dikarenakan letak apartemen mereka yang kelewat strategis. Berada di pusat keramaian, para penghuni apartemen ini dapat dengan mudah menjangkau pusat perbelanjaan, taman kota, kelab malam, hingga kawasan sekolah.

Kembali ke pasangan kakak-beradik ini. Junghwan berjalan santai di belakang Jeongwoo, memandangi punggung lebar pria yang menyandang status sebagai kakaknya itu yang tak tertutupi satu pun helaian benang.


"Achu!"


"Aigoo..., dingin s-sekali!"


Jeongwoo tertatih-tatih berusaha menamatkan balok-balok ampar trotoar yang sedari tadi dihitungnya. "Hah, kenapa tak habis-habis!?" teriak pria mabuk itu, protes, mengapa jalan yang dilaluinya tak kunjung mencapai garis finis.

Ayolah, Jeongwoo sangat lelah sekarang. Dia sudah tak sabar untuk segera merebahkan raganya di kasur empuk, memeluk Junkyu, ah, tidak, maksudnya memeluk guling, dan tidur dengan tenang hingga besok malam.

Pemuda yang sedang berada di bawah pengaruh alkohol itu berjalan tak tahu arah. Melenggak-lenggok ke kanan dan ke kiri dengan asal, tentu saja sembari mengomel, yang tidak bisa Junghwan tangkap apa maksud dari perkataannya.


"Ya! Junghwan-ah!" Jeongwoo kembali berteriak tak jelas.


Sementara Junghwan hanya diam, tak berniat untuk menjawab segala rancuan itu. Sorot mata tajamnya tak berpaling sedikit pun dari keberadaan Jeongwoo. Setidaknya, meski terlihat tidak memperhatikan, ia memastikan kakaknya itu tetap aman.


"Dari mana kau bisa mendapatkannya?" Jeongwoo kini terduduk lemas di salah satu bangku yang disediakan. Tampaknya mereka telah mencapai area taman kota.

EXILE (JeongKyuHwan vers.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang