10

797 112 12
                                        




"Ada apa denganmu, Junghwan-ah?"

Tepat di meja baris terbelakang kelas 10-B, Jeongwoo dan Junghwan duduk bersama, mendengarkan materi yang disampaikan guru Sejarah yang menjadi mata pelajaran terakhir pada hari ini itu.

"Kau tampak murung sejak pulang mengantarkan Junkyu-hyung semalam," lanjut Jeongwoo, menelisik raut yang disuguhkan sang adik.

Sementara yang dibicarakan hanya bisa mendengus pasrah sembari meletakkan kepalanya di atas meja dengan lengan sebagai tumpuan. Manik kecoklatan itu memandang lurus ke arah luar jendela, menatapi birunya langit yang sepertinya hampa tanpa ditemani sang awan.

Jeongwoo terkekeh kecil seraya mengusak surai Junghwan singkat, tak biasa melihat adik bongsornya bertingkah seperti anak kecil seperti itu. Jarang-jarang, pikirnya.

"Apa kalian bertengkar, huh?"

Junghwan mengerlingkan mata, jengah. "Diamlah, aku tidak mau mengungkit hal itu!"

Setelah itu si sulung Park hanya bisa menganggukkan kepala mengerti. Mata serigalanya bergerak bersama bilah bibirnya yang memberikan isyarat kepada Doyoung bahwa Junghwan sedang tidak baik-baik saja.

Mendapat kode dari Jeongwoo, Doyoung yang duduk tepat di seberang baris mejanya itu hanya membalas dengan menggeleng-gelengkan kepala tanda bahwa dirinya juga angkat tangan.






KRING! KRING!






Bel berbunyi, sudah saatnya untuk para murid pulang. Begitu pun dengan si bungsu Park yang langsung beranjak dari lamunannya dan hengkang meninggalkan kelas. Mengundang tanda tanya besar di benak Jeongwoo dan Doyoung yang kini saling menatap heran.

"Doyoung-ah," panggil Jeongwoo.

Sedangkan yang dipanggil kini mengangkat kedua alisnya sembari menjawab, "ada apa?"

Pemuda Park itu berdiri dari duduk, lalu mendaratkan bokongnya di meja yang berada di hadapan Doyoung. Gelagat Jeongwoo membuat Doyoung penasaran, pasalnya sudah bisa dipastikan apa yang akan Jeongwoo katakan saat ini adalah menyangkut anehnya sikap Junghwan hari ini.


"Kudengar kau memperkerjakan kasir baru di kafe milikmu?"


"Ah, maksudmu Junkyu-hyung?"


























***























Junghwan melangkahkan kaki mengelilingi rak yang terdapat di toko buku. Ia menerima tawaran Asa yang meminta dirinya untuk menemani perempuan berrambut kuncir kuda itu untuk membeli buku sepulang sekolah.

Bukan masalah besar baginya, hitung-hitung untuk sedikit melupakan kejadian tak mengenakkan yang dirinya sebabkan sendiri malam tadi. Yah, walaupun, memang benar adanya bahwa hal ini adalah kali pertama Junghwan keluar bersama seorang wanita.

Cupu, huh?

Biarkan. Pada kenyataannya, Asa adalah satu-satunya teman wanita Junghwan. Katakan saja dirinya fobia terhadap wanita.

"Junghwan-ah, menurutmu buku mana yang harus kubeli terlebih dulu?" tanya Asa sembari menyodorkan dua buku berbeda genre di hadapan lelaki jangkung itu.

Alis Junghwan terangkat sebelah. "Beli saja keduanya, kamu hanya perlu memutuskan buku mana yang harus dibaca terlebih dulu nanti di rumah."

Asa tampak sedikit terkejut mendengar jawaban Junghwan, sebelum akhirnya menganggukkan kepalanya sekali dengan mantap. "Kau benar!"

EXILE (JeongKyuHwan vers.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang