15

474 68 12
                                        

Jeongwoo berjalan gontai disambut beberapa pasang mata yang sedari dirinya menampakkan diri di koridor sekolah terus menatapnya dengan penuh intimidasi. Bukan si sulung Park namanya jika tidak mencoba cobaan yang ditujukan kepadanya.

Dengan manik bak manusia serigala, Jeongwoo balik menatap nyalang satu-persatu teman-temannya itu tanpa rasa takut. Sheesh, apakah playboy tengil ini sedang benar-benar marah sekarang?

Sementara Junghwan berjalan dengan tenang tepat di belakangnya. Pemuda bersabuk hitam seni bela diri Taekwondo itu memilih untuk diam, atau lebih tepatnya, berusaha tidak memedulikan kekacauan ini.

Junghwan tidak mau repot-repot mengotori tangannya hanya untuk meladeni sebuah gosip murahan semacam itu.

Semenjak potret paparazi Jeongwoo bersama Junkyu terunggah di akun base sekolah, ramai semua murid memperbincangkan topik panas tersebut. Isu sang most-wanted sekolah telah menghamili seorang pria dengan cepat berhembus ke segala penjuru angkatan, bahkan hanya dengan waktu satu malam.

Sebenarnya, baik Jeongwoo maupun Junghwan sangat marah akan kejadian yang merugikan keduanya itu. Bukan tentang diri mereka sendiri, melainkan kondisi psikologis Kim Junkyu, tentu saja. Kedua kakak-beradik itu begitu mengkhawatirkan pemuda manis tersebut.

Sesaat setelah itu langkah keduanya terhenti kala melihat batang hidung James mengadang jalan mereka menuju kelas. Murid tingkat tiga dengan senyum culas itu kini bertepuk tangan sembari menyunggingkan sebuah senyum, berniat untuk menyindir Jeongwoo yang terlihat sedang mendecih tidak suka di hadapannya.

"Ada apa dengan wajah jelekmu itu, Park Jeongwoo-ssi?" tanya James yang hanya dibalas Jeongwoo dengan tatapan mematikan.

Ah, ayolah, lihatlah kedua bahu lebar Jeongwoo yang saat ini sedang naik-turun seirama deru napasnya yang terengah, menunjukkan bahwa emosinya sedang meluap-luap. Siap menerkam musuhnya kapan saja.

Bara api dalam hatinya itu kini sedang benar-benar menyala!

James semakin melebarkan senyum. "Hei, santai, Bung! Aku hanya ingin memberikan selamat atas kemenanganmu kemarin," ujar pria berrambut blonde itu sembari menepuk pelan bahu adik tingkatnya.


"Hahaha, aku jadi penasaran sekarang. Bagaimana, ya, rasanya berlaga dalam sebuah pertandingan besar lalu disaksikan langsung oleh anak dan istri?"


Sepersekian detik setelahnya, kepalan tangan yang sudah Jeongwoo persiapkan sedari awal itu sukses mendarat di perut James, tepat mengenai permukaan ulu hatinya. Tak sampai di situ saja, lengan kekar Jeongwoo langsung menyeret tubuh James menjauh menuju ke arah lapangan basket.

Aksi tersebut berhasil mendapat atensi dari segala pasang mata dan juga telinga yang sedari awal telah mengamati dan menguping perbincangan mereka. Para murid yang didominasi oleh kaum hawa itu kini berbondong-bondong menyusul kedua pria paling berpengaruh di sekolahnya itu menuju lapangan basket. Penasaran ingin menyaksikan sebuah duel yang kelihatannya akan berlangsung seru.





"Wah, aku tidak percaya Jeongwoo berani menghajar senior berbahaya seperti James-sunbae."


"Tapi apa yang dikatakan James-sunbae tidaklah salah. Jeongwoo benar-benar membawa kekasih dan anaknya ke pertandingan antarsekolah? Wah, bukankah dia cukup berani?"


"Aku lebih penasaran siapa pelaku di balik unggahan tersebut."





Itulah beberapa komentar yang dapat Junghwan dengar sebelum berlalu meninggalkan mereka dan menyusul sang Kakak ke lapangan. Jengah sekali mendengar wanita bergosip, pikirnya. Namun, perkataan tersebut sedikit menarik perhatiannya. Benar juga, siapa dalang dari masalah ini semua, batin Junghwan mencoba mulai berpikir keras.

EXILE (JeongKyuHwan vers.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang