dialog 25

9 0 0
                                    

" nona lihatlah di atas sana" si tuan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


" nona lihatlah di atas sana" si tuan

" Sungguh aku melihat ini" si nona

" Ada apa denganmu nona mengapa kau begitu bahagia?" Si tuan

" Tuan ini sungguhan aku melihat langit secerah ini?" Si nona

" Sungguh nona, ada apa dengan dirimu yang begitu bahagia melihat langit?" Si tuan

" Bagaimana aku tak bahagia tuan baru kali ini aku melihat langit seindah dan menakjubkan" si nona

" Bagaimana maksud mu nona?" Si tuan.

" Aku sudah lama tidak melihat langit secerah ini tuan" si nona

" Sungguh, nona mau kah kau berdansa dengan aku" si tuan

" Boleh tuan" si nona

Berdansa dengan mu adalah kebahagiaan pertama ku. Sungguh indah wajahmu membuat aku memalingkan yang lain.

" Apakah kau bahagia nona?" Si tuan

" Sangat tuan" si nona

" Syukurlah" si tuan

" Tuan sungguh kau orang yang selama ini aku tunggu, semoga kelak kau dapat membawa ku pergi dari tempat ini" si nona

" Akan ku usahakan nona, bersabarlah" si tuan

" Kamu juga suka langit?" Az-Asmi

"Suka"Tirta

" Kenapa suka langit? Langit begitu indah?" Az-Asmi

"Betul, salah satunya itu. Tapi selain indah Ada satu hal lagi yang bisa aku pelajari Dari filsofi langit.
Langit itu seperti kamu, Langit mengajarkan bahwa sehebat dari sebesar apapun Perasaan suka kita terhadap Sesuatu, bukan berarti sesuka itu milik kita. Dengan memandang langit aku bisa Tau kalau jarak aku dengan sesuatu yang aku sukai Itu sulit Untuk aku perpendek.
Langit itu luas, mana mungkin aku Bisa memiliki nya sendiri" Tirta

"Kamu tidak berubah! Selalu Menyukai hal Yang sulit digapai dan menyakiti mu" Az-Asmi

" Bukan kah kau juga begitu" Tirta

" Kita sama-sama keras kepala, menyukai hal yang sulit digapai dan menyakiti" Az-Asmi

Tirta Mata Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang