5/5

390 82 44
                                    

5. 30 PM

Joanna baru saja membuka mata. Dia melihat Jeffrey yang baru saja pulang kerja. Sembari menatap jengah dirinya.

"Kamu bertengkar dengan Mama dan Mbak Sarah?"

Joanna langsung mendudukkan badan. Duduk bersila dan menatap Jeffrey yang kini tengah mendekati dirinya. Sembari menarik nafas panjang.

"Aku tidak ingin bertengkar sekarang. Di kantor ada masalah. Apa karena ini kamu meneleponku berulang-ulang?"

Joanna hanya bisa menelan kecewa. Padahal, dia berharap Jeffrey membelanya. Karena Sarah telah menampar dirinya. Bukan justru berbicara demikian. Seolah dia pantas disalahkan dan mendapat tamparan.

"Keluar, minta maaf pada Mama dan Mbak Sarah. Di sini kamu yang salah. Aku hanya akan memihakmu jika kamu benar."

Dengan mata berkaca-kaca, Joanna mulai turun dari ranjang. Keluar kamar dan menuju dapur yang telah diisi Jessica dan Sarah. Karena mereka tengah menyiapkan makan malam bersama.

PLAK...

Jeffrey yang baru saja akan menutup pintu kamar terkejut saat mendengar suara tamparan. Iya, Joanna pelakunya. Dia baru saja menampar Sarah yang akan meletakkan piring di atas meja.

"Maaf. Tapi kau layak mendapatkan ini. Mama, maaf jika aku tidak sopan saat menumpang di sini. Tapi aku benar-benar tidak terima jika harus ditampar oleh wanita ini!"

Joanna langsung kembali ke kamar. Membuat Jeffrey yang berniat keluar langsung menatap istrinya tajam. Sebab dia telah kembali membuat masalah padahal hanya diminta meminta maaf.

"Kamu sadar akan apa yang baru saja kamu lakukan?"

"Dia yang menamparku terlebih dahulu! Hanya karena aku tidak mengambil jemuran saat tidur!"

Joanna sudah kembali menaiki ranjang. Tidur meringkuk dan memakai selimut pada seluruh badan. Sembari menangis sesenggukan tentu saja. Sebab tidak memiliki orang yang memihak dirinya.

Jeffrey yang awalnya ingin marah mulai iba. Dia juga langsung keluar kamar saat melihat ibunya sudah berjalan mendekat. Sebab dia tidak ingin pertumpahan darah kembali datang.

"Kita bicara di luar saja, Ma."

Jeffrey langsung menutup pintu kamar. Membawa Jessica ke ruang tengah. Sebab tidak ingin istrinya semakin tertekan tinggal di sana. Karena Joanna bisa saja pulang dan mengadu pada orang tuanya.

"Apa selalu seperti itu kelakuan istrimu saat di rumah? Tidak punya etika!"

"Sarah juga salah, Ma. Dia yang menampar Joanna."

Bela Adam yang baru saja memasuki rumah. Sebab sejak tadi dia berada di depan. Menutup garasi dan sedikit mendengar pertikaian mereka.

"Joanna anak tunggal, dia pasti biasa dimanja dan mungkin tidak pernah ditampar seumur hidupnya. Wajar kalau dia kecewa. Lagi pula, dia juga tidak sengaja membiarkan jemuran Sarah kehujanan. Sudah, ya, Ma? Aku benar-benar ingin hidup tenang di rumah. Kalau Mama masih mau mempermasalahkan hal ini juga, lebih baik biarkan Jeffrey dan istrinya ngekos saja. Kasihan kalau hubungan mereka renggang hanya karena masalah ini juga."

Jeffrey menatap Adam dengan perasaan senang. Sebab akhirnya dia bisa memiliki juru bicara setelah ayahnya meninggal. Sebab dia memang malas berdebat dengan ibunya. Karena selalu berakhir dia yang harus mengalah karena takut mendapat label anak durhaka.

"Masuk kamar, Jeff! Nanti Mas yang akan bilang pada Sarah, ini salahnya karena telah menampar anak orang sembarangan."

"Terima kasih, Mas."

Adam mengangguk singkat. Sedangkan Jeffrey langsung kembali ke kamar. Mendekati Joanna yang kini masih menangis di bawah selimut tebal.

Tbc...

HOUSEWIFE [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang