Dengan air mata yang sudah membasahi wajah, Joanna mulai membalikkan badan. Menatap Jeffrey yang sudah berjalan mendekat. Berniat membawanya kembali ke kamar. Sebab setelah Sarah berbicara, tidak ada yang berani bersuara."Aku tidak bermaksud menyembunyikan hal ini, aku---"
Joanna menepis tangan Jeffrey. Lalu memasuki kamar tanpa mengatakan apapun lagi. Sebab dia sudah terlanjur kecewa pada Jeffrey.
"Akan aku kembalikan! Aku tidak akan kembali tanpa membawa uang Mama Jessica!"
Setelah tiba dia kamar, Joanna langsung mengemasi barang. Memasukkan beberapa pakaian ke dalam kopernya. Sekaligus surat-surat pentingnya juga. Agar lebih mudah jika ingin mengurus perceraian.
Kalian tidak lupa jika Joanna ini bersumbu pendek, kan? Tentu dia sudah memikirkan tentang perceraian. Alih-alih mencari jalan keluar dari masalah.
Setelah selesai mengemas barang, Joanna langsung berganti pakaian. Memakai jeans dan kaos lengan panjang. Serta jaket tebal yang kini sudah membungkus badan.
Ceklek...
Jeffrey baru saja membuka pintu kamar. Dia terkejut saat melihat Joanna siap pergi sekarang. Padahal, ini masih jam empat.
"Sayang---mau ke mana? Tolong jangan seperti ini. Jangan ambil hati ucapan Mbak Sarah tadi. Dia seperti ini karena kelelahan mungkin."
Joanna menepis tangan Jeffrey. Lalu mengantongi ponsel dan dompet kecil yang berisi kartu dan beberapa lembar uang cash dari Jeffrey. Sebab dia sudah tidak kerja dan satu-satunya pemasukan yang didapat hanya dari pria ini.
"Antar aku ke stasiun sekarang! Kalau tidak, aku akan jalan kaki ke sana!"
Joanna mulai keluar kamar. Sedangkan Jeffrey jelas langsung mengejar. Setelah menyambar jaket, dompet dan kunci mobil juga. Membuat Jessica dan yang lain ikut menatap kepergian mereka.
Setengah jam kemudian mereka tiba di stasiun yang ternyata sudah ramai orang. Joanna juga sudah membeli tiket sekarang. Sebab dia berniat pulang ke rumah orang tuanya untuk memastikan sesuatu di saja. Sebab dia benar-benar tidak tahu jika orang tuanya meminta uang 500 juta pada suaminya untuk membangun rumah di desa.
"Kita pulang saja, ya? Kita keluar dari rumah Mama. Kita ngekos saja. Aku tidak bisa jauh lama-lama dengan kamu, Sayang..."
Jeffrey sedang duduk di samping Joanna. Sembari menggenggam kedua tangan istrinya. Dengan wajah memelas karena sejak tadi sudah berusaha menahan si wanita. Namun tetap saja dia kalah.
"Aku ingin meminta kembali uangmu. Aku benar-benar minta maaf karena telah membuatmu menjual satu-satunya tanah Mamamu."
Joanna melepaskan tangan dari genggaman Jeffrey. Sebab dia sudah malu sekali. Merasa tidak layak diperjuangkan oleh pria ini. Setelah mendengar semua ucapan Jessica dan Sarah tadi.
"Sayang, aku melakukan ini demi kamu. Demi kebaikan kita yang sedang melakukan program kehamilan. Aku tidak mau kamu kepikiran dan stress berkepanjangan. Lagi pula, Mama juga tidak keberatan. Mbak Sarah saja yang melebih-lebihkan. Kita kembali, ya? Aku ambil barang-barang sebentar, setelah itu kita cari kos-kosan dekat rumah. Supaya lebih mudah jika ingin memantau pembangunan."
Joanna menggeleng pelan. Dia juga menepis tangan Jeffrey yang kini kembali menyentuhnya. Sebab keputusannya sudah bulat. Dia benar-benar ingin menyelesaikan ini segera.
"Keretaku sudah datang. Aku janji akan mengembalikan uangnya."
Joanna langsung bangkit dari kursi. Menarik kopernya cepat sekali. Lalu bergegas menunjukkan tiket ke petugas agar Jeffrey tidak bisa mengejar lagi.
Tbc...
