"Aku tidak mau!"Jeffrey yang sedang melepas dasi langsung menatap istrinya yang alisnya sudah beradu. Sebab dia tidak mau tinggal bersama ibunya selama rumah mereka kembali dibangun. Mengingat lantai dua yang awalnya dipakai untuk menjemur akan digunakan sebagai kamar tamu.
"Kamu mau kita ngekos? Sabar dulu, hanya sebentar. Paling lama dua bulan. Mau, ya? Aku sudah bilang Mama, kita sudah disiapkan kamar juga."
Jeffrey mulai merayu istrinya. Mengusap pipinya pelan. Lalu mengecup bibirnya yang sudah dikerucutkan.
"Di sana sudah ada Mas Adam dan istrinya. Tahu sendiri aku tidak akur dengan dia. Aku tidak mau bertengkar lagi dengannya!"
Joanna, istri Jeffrey yang tahun ini genap berusia 29 mulai berkaca-kaca. Sebab terakhir kali bertengkar dengan istri Adam, dia hampir kena cakar di wajah. Itu sebabnya dia enggan dekat-dekat. Karena takut wajah mulusnya memiliki bekas luka.
"Aku sudah terlanjur bilang pada Mama. Kita tinggal di sana sementara dulu, bagaimana? Kalau ada apa-apa, baru kita pindah."
Joanna diam saja. Sembari memainkan jari-jarinya di atas ranjang. Sebab saat ini dia tengah duduk di tepi ranjang. Dengan mata berkaca-kaca karena tidak mau tinggal di rumah mertua. Meskipun hanya sementara.
6. 20 PM
Jeffrey baru saja selesai mandi dan berniat langsung makan malam bersama sang istri. Namun ponselnya tiba-tiba berdering. Panggilan dari mertuanya sendiri.
"Halo, Bu? Ada apa? Tumben telepon malam-malam?"
Jeffrey mulai menukikkan alisnya. Dia mendengarkan ucapan si mertua cukup lama. Hingga telepon dimatikan dan dia bergegas mendatangi istrinya.
"Kamu bilang Ibu?"
Joanna mengangguk singkat. Membuat Jeffrey mulai menarik nafas panjang. Lalu menatap Joanna tajam sembari berkacak pinggang.
"Apa tujuanmu berkata pada Ibu? Ingin menunjukkan jika aku bukan suami yang baik untukmu? Ibumu baru saja menelepon aku, mengatakan jika aku tidak becus jadi suami hanya karena aku menyarankan kita tinggal di rumah Mama selama rumah dibangun! Joanna! Dengar aku!"
Joanna yang sejak tadi menundukkan kepala langsung mendongak. Menatap Jeffrey yang kini sudah bermata merah. Sebab dia benar-benar marah sekarang.
"Aku akan tetap tinggal di rumah Mama! Kalau kamu tidak mau, silahkan pulang! Akan kujemput kalau rumah sudah jadi semua!"
Joanna yang mendengar itu jelas sakit hati. Dia langsung pergi. Menuju lantai dua dan mengangkat jemuran yang tidak sempat diambil sore tadi.
"Dasar anak Mama! Nasibku sial sekali karena menikahi dia!"
Joanna mulai menyeka air mata. Lalu mengambil jemuran dengan tergesa. Sebab dia agak takut juga.
Setelah menuruni tangga, Joanna melihat Jeffrey yang sedang menelepon seseorang di teras. Membuatnya jelas penasaran dan langsung mendekat.
"Aku hanya tanya, Ma. Kalau Mama keberatan ya sudah. Aku besok ke rumah. Sekitar jam sembilan."
Joanna langsung membalikkan badan. Enggan lama-lama mendengar percakapan Jeffrey dan ibunya. Karena jelas hanya akan memakan hati saja.
"Ayo makan!"
Panggil Jeffrey saat kembali ke ruang makan. Menatap Joanna yang kini sedang berada di ruang setrika. Berdiam diri di sana sembari memindakan pakaian yang baru saja diangkat dari jemuran.
Joanna langsung mendekat. Lalu menyiapkan makan malam untuk suaminya. Untuk dirinya juga. Kemudian makan dengan penuh keheningan. Sebab keduanya sama-sama enggan membuka suara.
"Kita berkemas sekarang, ya? Besok pagi kita berangkat."
Joanna diam saja. Masih membersihkan meja makan. Enggan membuka suara. Karena masih sakit hati akan ucapan Jeffrey sebelumnya.
"Aku akan pulang. Kamu sendiri yang bilang kalau aku---"
"Sayang---kita suami istri. Apa kata orang kalau kita pisah rumah hanya karena ini? Aku janji akan melindungimu jika ada masalah di rumah nanti. Mas Adam juga tidak akan diam saja jika melihat istrinya mengusikmu lagi. Mau, ya? Aku tidak mau dua bulan berpisah denganmu."
Jeffrey mengusap tangan Joanna. Meminta wanita itu mengurungkan niat untuk pulang ke rumah orang tuanya. Sebab dia tahu jika urusannya akan semakin panjang jika wanita itu memilih pulang selama rumah mereka dibangun ulang.
Kalo jadi Joanna, kalian mau tinggal sama mertua + ipar selama dua bulan?
Jangan lupa tambahkan ke library!!!
Tbc...