"Om! Om Jeffrey! Tante masuk TV!!!"Pekik Kevin saat mendengar suara mobil datang. Dia langsung menarik Jeffrey agar bergegas menuju ruang tengah. Sebab sejak tadi, dia terus saja memandangi televisi yang menampilkan acara berita. Saat dia tidak sengaja mencari channel yang akan ditonton saat menunggu makan malam tiba.
"Tuh, kan! Itu Tante Jo, kan?"
Jeffrey menatap wajah Joanna yang sudah memenuhi layar televisi. Dia tampak begitu cantik. Dengan rambut pendek dan poni yang dipotong pria ini pada beberapa hari kemarin.
Tidak lupa dengan riasan tipis dan lipstick warna merah sekali. Senada dengan pakaian yang dipakai saat ini. Sangat serasi. Hingga membuat Jeffrey panas hati sebab cemburu karena tidak ingin kecantikan istrinya dinikmati oleh orang lain.
"Sekian untuk berita hari ini. Saya pamit undur diri dan terima kasih."
Dengan cepat, Jeffrey langsung merogoh saku celana. Mendial nomor istrinya. Namun sayang, panggilannya tidak diangkat. Apalagi pesan yang dikirimkan, jelas tidak dibaca. Apalagi dibalas.
"Istrimu tidak bilang kalau mau kerja lagi?"
"Tidak, Mas."
Jeffrey tampak kalut sekarang. Dia sedang menggigit bibir bawah dengan wajah pucat. Sebab Joanna tidak kunjung mengangkat teleponnya.
"Aku mau menyusul dia sekarang!"
Jeffrey langsung berlari keluar rumah. Disusul oleh Adam dan Jessica. Sebab mereka jelas tidak akan mengizinkan Jeffrey pergi ke Jakarta malam-malam. Setelah pulang kerja pula.
"Jeffrey! Berhenti! Jangan pergi! Ini sudah malam! Bahaya!"
Jeffrey diam saja. Enggan menanggapi ucapan ibunya. Sebab dia memang masih marah pada Jessica dan Sarah. Karena mereka telah berlaku kasar pada istrinya sebelumnya. Hingga membuat dia pergi dari rumah.
"Jeffrey, tenang! Sabar! Dia pasti sedang sibuk sekarang. Dia tidak menjawab teleponmu karena ini baru saja selesai shooting, kan? Dia pasti langsung melakukan evaluasi dengan timnya. Aku percaya istrimu tidak akan macam-macam di sana."
Adam mencoba menenangkan adiknya. Sebab Jeffrey sudah masuk mobil sekarang. Menghidupkan mesin dan siap pergi dari rumah.
"Aku juga percaya padanya, Mas. Tapi aku tidak percaya pada teman-temannya. Aku tahu bagaimana pergaulannya di sana. Aku---"
"Kalau begitu ceraikan saja! Dia sudah tidak menganggap kamu sekarang! Dia bahkan kembali kerja tanpa meminta izin pada suaminya! Dia---"
"Berhenti menjelek-jelekkan Joanna, Ma! Dia istriku! Aku kenal baik wanita itu! Dia pasti punya alasan kenapa tidak bilang padaku!"
Jeffrey langsung keluar dari mobil setelah Adam menariknya. Membawa si adik memasuki rumah. Lalu dibawa ke kamar, guna ditenangkan agar tidak mengamuk di depan anaknya.
Di tempat lain, Joanna sedang dipuji oleh para rekan kerjanya. Sebab dia tidak terlihat kaku saat membawakan berita. Padahal, dia sudah vakum selama dua tahunan.
"Di mana dia sekarang?"
Tanya Jordan, pria bertubuh tinggi tegap yang baru saja selesai rapat. Dia juga baru saja diberi tahu jika Joanna, si mantan pacar baru saja datang dan kembali kerja menjadi pembawa berita. Setelah dua tahun tidak ada kabar pasca menikah.
"Sedang istirahat di ruang make up studio berita, Pak. Menunggu berita tengah malam sekalian, katanya."
"Dia tidak pulang?"
"Tidak, sepertinya dia belum ada tempat tinggal. Karena bawa koper besar juga. Kalau aku tidak salah dengar, dia juga baru saja datang dan langsung ke studio untuk membawakan berita."
"Suaminya?"
"Kurang tahu, Pak. Tapi sepertinya, mereka sedang bertengkar."
"Ya sudah, terima kasih. Kamu bisa pulang sekarang! Aku akan pulang sendiri setelah menemui dia."
Sekretaris pribadi Jordan langsung undur diri. Membuat pria ini lekas menuju studio tempat Joanna istirahat saat ini. Sebab dia ingin menyapa si mantan pacar yang sudah lama dicari.
"Pak Jordan? Mencari Joanna, ya? Ada di dalam, Pak. Sedang istirahat."
Jordan mengangguk singkat. Lalu mengetuk pintu ruang make up yang berukuran cukup besar. Setelah dibuka, dia melihat Joanna yang sedang keluar dari kamar mandi dengan kaos polos dan celana panjang. Seolah ini adalah rumahnya.
Tbc...