7. 20 PM
Jordan baru saja keluar dari ruang make up dengan wajah senang. Membuat Teressa bergegas masuk sekarang. Sebab dia sudah menunggu di luar sembari membawa kresek yang berisi makanan untuk Joanna.
"Bilang apa saja Pak Jordan tadi?"
Tanya Teressa pada Joanna. Sembari memberikan toast dan es susu coklat pada temannya. Sebab dia yang akan menjadi asisten Joanna selama wanita itu kerja di sana.
"Tanya kabar saja. Kamu ada chargeran? Aku mau pinjam. Lupa bawa."
Teressa mengangguk singkat. Lalu membuka tas ransel yang ada di gantungan. Kemudian memberikan chargeran pada si teman.
"Thank you!"
Joanna langsung memakan toast yang Teressa berikan. Dengan lahap. Sebab dia sudah lama tidak makan ini setalah menikah. Mengingat saat di Solo, dia jarang keluar rumah.
"Ada apa sebenarnya? Kamu bertengkar dengan suamimu? Dia tahu kalau kamu kembali kerja?"
"Belum tahu, dia pasti sedang marah padaku. Paling parah mungkin sedang menyusulku."
"Sukurin! Siapa suruh menikah! Pusing, kan, sekarang?"
Joanna terkekeh pelan. Lalu meminum es coklat hingga tinggal setengah. Sebab dia sudah mengantuk sebenarnya. Karena saat di kereta, dia sibuk mempelajari materi berita. Hingga ponselnya kehabisan daya saat tiba di Jakarta.
Setelah makan, Joanna membaca materi yang akan dibawakan saat tengah malam sebentar. Lalu ke kamar mandi untuk mencuci tangan dan menggosok gigi juga. Kemudian tidur di ranjang kecil yang ada di pojokan.
Sret...
Teressa menarik kelambu. Agar Joanna bisa tidur dengan nyaman di ruangan itu. Sebab dia ingin bermain game di atas sofa setelah mematikan lampu. Karena jam tidurnya pada jam delapan pagi sampai jam setengah satu.
Joanna tidur dengan nyenyak. Karena dia memang belum sempat mengecek ponsel setelah membacakan berita. Sebab terlalu sibuk dan membuatnya lupa.
"Jo! Jo! Bangun! Sudah jam sebelas, ayo siap-siap!"
Joanna yang merasa baru saja memejamkan mata langsung turun dari ranjang. Bersih-bersih sebentar dan memakai baju yang telah Teressa siapkan. Tamara si stylist yang sejak tadi bermain di studio sebelah juga sudah datang. Membantu Joanna memakai pakaian dan berdandan.
"Tadi Pak Jordan ke sini, ya? Cie, CLBK, nih!"
Goda Tamara pada Joanna. Sebab mereka memang sudah sangat dekat. Sama seperti Teressa juga.
"Ngaco! Aku masih punya suami!"
Joanna sedang menggaris bawahi kertas di depannya. Menggunakan spidol merah yang ada di atas meja. Dengan mata sedikit terpejam karena dia sedang dipasang bulu mata.
"Halah! Kalian pasti sedang bertengkar, kan? Aku yakin, ini pasti karena uang! Makanya kamu langsung kerja! Sudah dibilang, jodohmu itu pasti Pak Jordan! Bukan Jeffrey yang modal tampang saja!"
Joanna diam saja saat Tamara berucap demikian. Sebab dua temannya ini memang tidak suka pada suaminya. Karena pria itu sengaja memutus akses komunikasi mereka setelah menikah.
Ingin Joanna fokus pada urusan rumah tangga alasannya. Namun sebenarnya, ini karena Jeffrey tidak ingin istrinya kembali ke jalan yang sesat. Sebab dulu, Joanna memang suka mabuk-mabukan bersama mereka.
"Selagi belum punya anak, mending pisah saja! Pak Jordan masih suka menanyakan kamu ke kita! Aku tadi juga lihat dia senyum lebar waktu keluar ruangan!"
Joanna masih diam saja meskipun Teressa ikut mengompori dirinya. Sebab dia tahu jika Jeffrey pria baik sebenarnya. Hanya saja, dia masih takut pada ibunya yang memang telah banyak berkorban untuknya.
Tbc...