"Gimana hubungan lo sama doi Clar?" tanyaku pada Clara. Clara sahabat baikku. Ia tak pernah menghianatiku seperti sahabat lamaku. Clara orangnya asik, bisa di ajak kerja sama. Tidak seperti sahabat lamaku.
Kalau ada pekerjaan rumah atau ia meminta bantuan padaku. Dengan senang hati aku membantunya, sedangkan bila aku yang meminta bantuan padanya " sorry din, gue sibuk" "gak bisa gue Din" Basi banget alesannya. aku benci sama orang orang seperti itu.
"baek baek aja" Clara menjawab pertanyaanku dengan raut wajah bingung. " kenapa lo tanya gitu?" tanya Clara memandangku sambil menyipitkan mata.
"gak apa, enak ya ada yang perhatiin lo" ujarku sambil tersenyum miris. Kisah cintaku yang begitu tragis membuatku iri pada sahabatku
"udahlah Din, gua yakin pasti lo dapetin yang terbaik kok kan ada .." Clara berfikir sejenak lalu dia seperti inga sesuatu"Eh Din, lo tau sesuatu gak?" tanya Clara padaku dengan raut wajah khawatir, "enggak emang apa?" tanyaku balik pada Clara, Clara hanya memutarkan bola mataya. Yakin gak tau? Satu sekolah udah pada tau semua lho Dina" ujar Clara sebal. Aku memang tidak mengetahui apa apa dan aku penasaran sekarang.
"Gebetan lo sama sahabat lo pacaran, masih gak tau?" tanya Clara sebal tanpa peduli aku yang sangat terkejut dengan kalimat yang di ucapkan oleh Clara. Aku membuka sedikit mulutku dan mengerjapkan mataku tidak percaya. Benarkan apa kataku tadi.
"Gausah bercanda Clar, bukan waktunya" ujarku sambil tertawa kecil.
Sahabatku berpacaran dengan seseorang yang baru saja aku dekati. Aku cukup takjub dengan keberaniannya mendekati seseorang yang sedang dekat denganku.
"Beneran Clar?" tanyaku memukul lengan Clara spontan, "astaga Dina sakit, jangan jadiin gue pelampiasan please" ucap Clara sambil mengusap lengannya yang kupukul tadi.
"gak percaya? ikut gue sekarang" ujar Clara gemas denganku karna aku tak kunjung percaya informasi yang ia berikan padaku.
Akhir akhir ini aku memang jarang bersama dengan Riella aku sering jalan dengan Clara sekarang. Jelas, karena Clara lebih baik di banding Riella lagi pula dia lebih asik dan gak menyebalkan menurutku.
"Mau ke mana?" tanyaku penasaran. Clara hanya menarik tanganku dengan kasar tanpa menjawab pertanyaanku.
Aku tidak tahu akan di bawa ke mana oleh Clara, aku hanya menurutinya karena aku juga penasaran dengan apa yang akan tunjukan kepadaku.
Saat kami berada di belakang gedung sekolah Clara berhenti secara tiba tiba hingga aku menabrak punggungnya. "ih kalo berenti bisa bilang bilang kali Clar, sakit jidat gue" ujarku seraya memegang jidatku yang tadi menabrak punggung Clara.
"Psstt. Diem jangan berisik ah lu ngerecokin rencana gue aja" Clara berkata sebal padaku aku hanya terkekeh.
"Oke Anindina Keyza Azzahra sekarang lo bisa liat ke kantin ada pemandangan bagus banget" ujar Clara menunjukan di mana pemandangan itu, Ya Tuhan! Ternyata itu Riella sama Raffi lagi bermain drama dan suap suapan, Ellah! Gak bisa makan sendiri tah?
Aku hanya tersenyum miring lalu berjalan hendak menghampiri mereka berdua, tetapi Clara menahan lenganku.
"Mau kemana lo ?" tanya Clara mencurigaiku. "Diem, gue mau nyamperin tuh orang, lo kalo mau ikut ayo kalo gak yaudah" ujarku santai. Pada akhirnya Clara mengikutiku dan benar apa yang kuduga dia pasti mengikutiku.
"Din, lo yakin?" tanya Clara ragu. Aku mengangguk mantap, aku mendekat ke arah mereka tapi mereka tidak menyadari itu, lalu aku duduk di sebelah mereka dengan kasar. Lalu memanggil pelayan kantin "Mba Jus Jeruknya dua" ujarku dengan lantang yang membuat mereka berdua menyadari akan kehadiranku.
Mereka menjadi canggung dan salah tingkah "Lah, kok gak dilanjutin?" tanyaku dengan tatapan tajam yang menatap Mereka berdua yang menurut aku munafik banget. Muka dua. Ngeselin.
Waktu itu sih Riella pernah bilang sama aku kalo dia mau bantuin aku dekat sama Raffi.
Tapi apa? Dia yang malah jadian! Kita hanya perlu tersenyum lada orang orang yang seperti itu.
"Emm.. Di-- I--nii.." Riella memegang lenganku dengan erat. aku segera melepaskannya karena jus jerukku telah datang.
"Apa?" tanyaku pada Riella dengan nada tinggi. Kesabaran yang ku miliki sudah habis. Bahkan sangat habis.
"Apa gue ganggu, ya?" tanyaku dengan senyum sinis. "Sahabatku, cari tempat lain yuk" ujurku dengan manis pada Clara. Sedikit membuat Riella emosi.
Clara hanya menatapku heran.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Coffee
Teen FictionKehidupannya seperti Coffee selalu pahit di setiap kenangannya, ditinggalkan oleh dua orang yang sangat ia cintai untuk selamanya. ketika semuanya kembali seperti sebuah benteng yang baru di bangun lalu di hancurkan. ** Apa aku gak berhak bahagia? ...