"hello, sayang! Kamu nangis ?" tanya Arnold di sebrang sana.
"kenapa telfon, sayang?"tanyaku pada Arnold masih dengan suara yang serak. Aku tidak menyadari bahwa aku telah memanggilanya sayang!?"cuman mau mastiin kamu kenapa nangis, sayang?" tanya Arnold dengan sangat lembut saat itu juga tangisku mereda tergantikan dengan hati yang hangat saat ini.
" nanti aku kasih tau kamu, kapan kapan" ujarku dengan senyum yang menghapiri bibirku.
"oke, kamu istirahat jangan sampe kamu sakit. Love you" ujar Arnold seperti sebuah gumaman tidak penting . "oke, Love you too" ujarku pada Arnold kekasih baruku yang pada akhirnya kami tidak akan bahagia karena apa? Karena hubungan kami ditentang oleh Kak Nau. Kak Nau sangat egois. Sangat! Hanya menginginkan dirinya yang bahagia saja, dia tidak memikirikan betapa menderitanya dan terpuruknya aku pada saat si tinggal Reihan, saat aku sudah menemukan Arnold, hubungan kami di tentang!
Kudengar suara pintu yang di ketuk aku berfikir kalau itu mama dengan senyum yang menghampiri bibirku aku membukakan pintunya.
Saat aku mengetahui yang mengetuk pintu adalah Kak Nau aku senyumku langsung hilang dan aku menutup pintunya lagi secara kerang lebih tepatnya membanting pintu di depan wajah Kak Nau uang sangat egois itu, tidak peduli ia ingin berbicara apa aku langsung mengambil airphone lalu mendengarkan lalu kesukaanku lama kelamaan aku tertidur.
****
"Hai" sapa Arnold saat aku sedang bersama Clara. Clara menatap kami berdua bingung, Clara tidak mengetahui hal itu, ku tebak fikiran Clara sekarang sudah sampai ke mana mana.
"Hei" ujarku membalas sapaannya dengan senyum.
" udah makan?" tanya Arnold aku hanya menggeleng lalu tersenyum kecil, Arnold adalah orang yang sangat perhatian padaku. Mama dan Kak Nau aja tidak pernah perhatian padaku." tunggu, kalian pacaran?" tanya Clara dengan sorot wajah bingung, aku dan Arnold saling melirik lalu menganguk dan tersenyum kecil.
Ada sorot wajah sebal di wajah Clara. "secara Dina belom makan gua juga plus traktir jadian dong buat gua di kios coklat pulang sekolah nanti"ujar Clara ada senyum puas disana.
Arnold mengangguk "ajak Teri nanti lo jadi obat nyamuk" ujarku pada Clara dia tersenyum lalu mengambil handphone di saku roknya.
Kelas kami memang seperti ini, kelas paling brandalan tapi kelas favorid untuk guru guru. Sekarang ini contohnya kelas ini tidak begitu ribut namun pada bermain dengan Handphonenya sendiri sendiri. Padahal tidak boleh bermain Handphone di saat jam pelajara. Ini jam kosong sebelum pulang sekolah jadi kami bebas.
Setelah beberapa lama Clara asik dengan Handphoennya dan aku juga asik dengan Arnold lebih tepatnya pada cerita ceritanya yang selalu menarik.
"okey, Deri mau. Tapi dia minta di traktir juga" ujar Clara. Arnold hanya mengangguk. Iyalah Arnold anak orang kaya.
"sayang, mau tau gak pasangan gak modal di kelas kita siapa?" tanyaku pada Arnold dengan senyum menahan tertawa.
"siapa? Siapa Ar?" tanya Arnold seraya ingin tahu. "tuh Clara sama Teri" ujarku dengan tawa tang meledak begitu juga dengan Arnold, sedangkan Clara hanya cemberut dan dengan sorot wajah kesal.
Mereka emm Deri dan Clara itu kalau mau makan maunya yang gratis. Gak modal.
"udahh sihh jangan sayang sayangan mele, gua iri sayang gua gak ada di sini" ujar Clara dengan raut wajah kesal bercampurkan sedih.
"makanya cari pacar yang satu kelas" ujarku pada Clara, Arnold terkekeh melihat tingkahku mengejek Clara yang malang saat ini mengusap usap rambutku.
****
"tangan kamu kenapa bisa luka kayak gini?" tanya Arnold saat kami sedang ada di sebuah Kios Coklat dekat rumahku, baru tahu kah dia sedari tadi aku disini. Ohya! Aku kan baru saja melipat seragamku karena suasana di sini sangat panas.
"oh iya, Din kenapa tuh tangan di cakar kucing?" tanya Deri. gak gapapa kok, Iya KUCING HITAM .eh teri udah tau gua gak suka sama kucing lo bawa bawa lagi tuh kucing. mana ada kucing yang mau masuk rumah gua kecuali kalo lagi ada lo pasti langsung lo langsung di makan" cerocosku menghina Deri tapi hanya sekedar bercanda saja Deri juga sudah tahu.
"Bohong banget sih kalo gapapa, bengkak lho ini" ujar Arnold menggenggam lenganku dengan lembut. Aku salah mengambil tindakan, aku lupa kalau lenganku luka karena Kak Nau.
"cepat atau lambat pasti kamu akan tau kok" ujarku sambil tersenyum ke arahnya.
"belom di obatin ya?" tanya Arnold penuh selidik di matanya aku tersenyum masam lalu menggeleng. Aku juga lupa untuk membersihkan lukaku karena semalam aku langsung tidur.Kami hanyut dalam canda tawa kami dan ejekan ejakan yang ngangenin. Kalo kita udah kumpul bertiga itu pasti seru banget di tambah lagi kalo ada Arnold, dunia serasa milik berempat yang lainnya ngontrak!
Setelah tiga jam kami tertawa karena kelucuan Deri, akhirnya kami memutuskan untuk pulang, aku malas pulang! Kenapa harus pulang? Aku malas bertemu dengan Kak Nau.
"jalan jalan dulu yuk ke taman atau kemana gitu aku malea pulang" ujarku pada Arnold dengan nada suara manja.
"kita masih pake baju seragam lho" ujar Arnold dengan penuh pengertian.
"aku akan ceritain ke kamu kenapa aku gamau pulang dan kenapa bisa terlahir ini luka, please Ar" ujarku pada Arnold dengan mata berbinar penuh harapan dan menunjuk luka yang berada di lenganku.
"iya iya. Emang luka terlahir ya Dear kok aku baru tau?" tanya Arnold sambil merangkul pundakku.
"selalu ada dari apa yang gak ada kalo dari aku" ujarku."apasih Ar? Gak maksud tau" ujar Arnold sambil terkekeh karena aku mulai berbicara ngelantur.
Aku hanya berdecak sebal.****
Maaf kalo banyak typo dan ngesosenin.
Makasih30Mei2015
KAMU SEDANG MEMBACA
Coffee
Подростковая литератураKehidupannya seperti Coffee selalu pahit di setiap kenangannya, ditinggalkan oleh dua orang yang sangat ia cintai untuk selamanya. ketika semuanya kembali seperti sebuah benteng yang baru di bangun lalu di hancurkan. ** Apa aku gak berhak bahagia? ...