Raffi keluar dari ruang ICU dengan sorot wajah datar, merasa tidak tega melihat kedua sahabatnya itu terbaring lemah.
Derri langsung menghampiri sahabatnya itu lalu menepuk pundaknya " apa yang terjadi di sana?" tanya Derri dengan sangat hati hati.
" Arnold kasih respons ke gua" ujar Raffi pelan lalu manjatuhkan diri ke tempat duduk yang sudah tersedia di hadapan ruang ICU.
Derri langsung mendongak menatap wajah Raffi " Respons apa Raff?" tanyanya dengan antusia.
" Tadi kan gua bilang gini 'Jahat ya gak ada yang mau jawab, sedih gue aku tuh gak bisa diginiin' gitu kan terus dianya senyum tipis, kalo Dina dia biasa biasa aja" ujarnya sambil tersenyum dan menatap Derri yang kini raut wajahnya sedikit berubah, sedikit harapan muncul di dalam hati kecil Derri.
" Wahhh.. Lo harus tiap hari kesana buat kelucuan yang parah terus buat Arnold sama Dina ngakak ngakak" ujar Derii tanpa berfikir panjang dan mendapat hadiah jitakan dari Raffi.
" Peak! Ngeri juga gua kalo mereka koma sambil ngakak ngakak" ujar Raffi sambil terkekeh membayangkan bila hal itu terjadi sedangkan Derri hanya menyengir gak jelas lalu terkekeh juga dan ikut membayangkannya hingga mereka berdua tertawa dengan volume suara yang besar hingga seorang suster cantik datang untuk menegur mereka.
"Maaf pak, ini rumah sakit jadi kalau mau ketawa ketawa silakan di luar" ujar Suster Cantik yang membawa berbagai macam dokumen penting di tangannya.
" suster, saya masih SMA, bukan bapak bapak" ujar Derri disusul dengan kekehan Raffi.
" Maaf ya sus, teman saya ini ada gangguan otak, itu yang bikin pikirannya kresek kresek" ujar Raffi dan kemudian suster itu pergi dari hadapan mereka.****
"Hei Ar,Din. Kok kalian gak bangun bangun udah hampir dua minggu lho, maaf ya gua baru sempet kesini baru di kasih tau Derri, kalian ini memang sehati sejiwa ya walau gue tau kalian gak mungkin bersatu, hua udah tau semuanya Din, tanpa lo cerita gua diceritain semuanya sama Derri, lo sih Din ceroboh, eh gak deng lonya yang berat sampe patah kayunya, diet makanya lo jangan makan coklat mulu" ujar Clara panjang lebar walau dia tau tidak akan ada yang menjawab di antara mereka berdua, Clara melihat keadaan Dina hampir menangis, tidak menyangka bahwa Dina bisa terbaring lemah di sini.
Hening
" Sepi banget ya kalian gak kesepian apa?" tanya Clara.
" Yah jadi obat nyamuk ya gue kalian sibuk dengan mimpi masing masing, sedih jadi gue" ujar Clara sambil terkekeh." kalian kan sakit bareng, sembuh juga harus bareng bareng ya, kalian harus janji sama gue"
" Percuma gak sih gua ngomong? Enggak kan ya? Kalian bisa denger kan? Gak kasian sama gue ngoceh mulu tanpa henti dari tadi hhehe" ujar Clara.
Clara mengapai tangan Arnold dan Dina menyatukan tangan mereka, walau mereka tidak sadarkan diri, tangan mereka menyatu kuat seakan tidak ingin dilepaskan , itulah yang di namakan kekuatan cinta.
Clara yang melihatnya hanya bisa diam, merasakan kekuatan cinta yang begitu besar. "Kalian saling mencintai banget ya gue cuman nyatuin tangan kalian aja, kalian tih seakan gak mau kehilangan satu sama lain gua udah coba untuk lepas tapi susah, yaudah deh gua tinggal aja bye.." ujar Clara seraya meninggalkan ruang ICU.
Clara langsung menceritakan kejadian itu kepada ketiga sahabatnya, Derri sekarang menjadi mantan kekasihnya dan untungnya tidak bermusuhan mereka malah bersahabat.
"Gila tuh mereka, kasian gue sama mereka nasib cintanya mengenaskan, sakit banget tuh hati pasti. Kekuatan cinta mereka begitu besar" ujar Derri dramatis.

KAMU SEDANG MEMBACA
Coffee
Подростковая литератураKehidupannya seperti Coffee selalu pahit di setiap kenangannya, ditinggalkan oleh dua orang yang sangat ia cintai untuk selamanya. ketika semuanya kembali seperti sebuah benteng yang baru di bangun lalu di hancurkan. ** Apa aku gak berhak bahagia? ...