"Cepat Atau lambat Arnold akan nembak lo Din" ucapan Clara membuatku tercengang.
Jantungku seperti ingin melonjak dari tempatna berasa, ingin keluar dari tempatnya berasal.
"Demi apa?" tanyaku dengan nada santai tetapi dengan pipi yang bersemu merah.
"Iya serius, alah seneng aja" ujar Clara menggoda seraya mencolek pipiku yang sedang bersemu merah.
"Jadi kalo Dia nembak terima dia gak?" tanya Clara masih dengan wajah menggoda.
"Ya terimalah secara gitu gua kan suka sama di... Emm maksud gue" ujarku keceplosan okey! Clara mengetahui semuanya.
Clara yang mendengarkan langsung mengangkat wajahnya yang tadinya sibuk dengan Hanphonenya, kini ia sibuk mencari kejujuran di mataku.
"ow.. Gitu, jahat banget sih lo suka sama cowo tapi gak ngasih tau gua" ujar Clara dengan nada sebal. Aku hanya terkekeh " maap sih mak maap" ujarku sambil menatap Clara dengan binar. "Mama gak pernah ngajarin kamu bohong ya nak, mama gak pernah, nak. Apa salah mama sama kamu nak?" permainan drama sudah di mulai. Kami memang seperti itu terkadang gila, jadi maafkan kami sedalam dalamnya ya.
"Aku udah bilang sama mama kalo aku minta maaf sama mama, kenapa sih aku di mata mama selalu salah kayak lagu geisah" ujarku sama dramatisnya seperti Clara.
Dina dan Clara nama yang tidak asing di sekolah karena merekalah yang membuat sekolah menjadi ramai dan tidak sepi tepatnya di kelas.
"Mengapa slalu aku yang mengalah tak pernah kah kau berfikir sedikit tentang diriku, nak?" Clara malah bernyanyi.
"Udahlah dramanya capek" ujarku sambil terkekeh.
****
Arnold : Hari Ini gua tunggu lo di taman, jam 7. Harus, wajid, kudu!
Dina : Mau ngapai?
Arnold : Please, untuk kali ini Din.
Dina : Ada siapa aja geh?
Arnold : Gue sama lo aja
Dina : Berdua doang?
Arnold : Iya
Dina : Emang ada apa ?
Arnold : Ada yang mau gue omongin penting din sama lo, oke gua mau lo nyimpen rasa kepo lo itu, kita liat nanti malem. Okey?
Aku yang sedari tadi smsan dengan Arnold hanya senyum senyum dan penasaran.
Beberapa bulan ini rasa sayang aku ke Arnold bertambah, malah lebih dari itu. "Rei, disana gak marahkan aku sayang sama Arnold?" tanyaku lalu di lanjutkan sengan kekehanku sendiri. "Pasti kalo kamu bisa kiri. Pesan ke aku pasti kamu bilang. Gapapa, Sayang yang penting kamu bahagia. Itu pasti" ucapku pada diri sendiri. Gila? Aku gila karena Cinta!
Seseorang yang sangat amat sayang kepada kekasihnya ia akan melakukan apa saja untuk kekasihnya, merelakan hidupnya untuk kekasihnya akan di lakukan.
Kulihat jam, sekarang pukul 18.00. Hah? Jam 6 sore? Bukanya jam 7 aku dan Arnold sudah janjian. Aku menepuk jidatku lalu berlari kecil ke kamar mandi lalu mamilih baju yang tepat.
Untuk Arnold aku akan mengenakan Rok kesanganku yang telah lama tidam aku pakai semenjak kepergian Reihan, semoga sama masih muat dan dengan rambut yang sedikit ku jepit dengan pita putih
Aku mengenakan Rok hitam dengan kemeja putih dan sepatu main yang kupunya, aku malas menggunakan wedges pasti malamnya kakiku akan sakit pegel dan nyeri.
Dina : Ar, jemput sih mobil gue dipake mama.
Arnold : Oke.siap!
Aku hanya terasenyum dan bersenandung kecil saat menuruni anak tangga. Kak Nau yang tadinya asik menonton TV kini tatapannua beralih padaku, tatapan bingung.
"Dina cantik. Mau kemana?" tanya Kak Nau. Tumben sekalih dia memujiku seperti Ini.
"Mau ketemu seseorang" ujarku dengan senyum mengambang di bibirku.
Ada sorot wajah penasaran di wajah kak Nau. "Siapa?" tanya kak Nau langsung loncat dari atas Sofa langsung berlari kecil di hadapanku dengan sorot wajah ingin tahu.
"Kepo" ujarku sambil mengeluarkan lidahku dan berjalan menuju depan Tv. "Dina" ujar Kak Nau mengikutiku di belakangku entah ekspresi apa yang di berikan pada Kak Nau karena aku tidak bisa melihatnya. Bila aku melihatnya pasti aku akan tertawa.
Aku mendengar suara klakson mobil. Aku meninggalkan kak Nau "Bye kak nau" ujarku setengah berlari menuju gerbang rumah, yang kulihat kak Nau hanya menadengus kesal lalu menjatuhkan dirinya ke dalam Sofa.
"Hei dina" ujar Arnold yang keluar dari mobilnya dan melihat diriku dari bawah ke atas dengan ekspresi yang sangat sulit di tebak. Lalu aku tersenyum malu.
Arnold tampak tampan menggunakan Celana Jeans dengan Kemeja putih juga, padahal tidak janjian.
"Kenapa gue jelek ya? oke tunggu, gua akan ganti" ujarku dengan kecewa dan berbalik arah tapi sebuah tangan menyentuh lenganku dan itu membuatku berbalik arah.
"Lo cantik Din, cantik banget" ujar Arnold yang masih menatap lekat lekat diriku.
"Jangan liatin gue kayak gitu gue malu" ujarku dengan canggung.
Sedangkan Arnold seperti nyawanya kembali ke dalam dirinya Arnold tersenyum dengan tulus dan menggandengku ke dalam mobil.
Aku siperlakukan bagai seorang Putri, sungguh aku nyaman pada Arnold.Mungkin sekarang posisi jantungku sudah pindah. Kurasa jantungku berdegup sangat cepat.
"Din"
"hmm?""Lo cantik banget" ujar Arnold lagi di dalam mobil sport putih miliknya. Meman Arnold dikenal dengan anak orang kaya dan mantannya yang banyak. Aku harua mempunyai banyak cadangan hati!
"Udah Ar, lo nyiksa gua tau gak kalo lo bilang kaak gitu terus" ujarku dengan nada sebal sedangkan Arnold hanya tertawa kecil.
"Udah sampe" ujar Arnold lalu turun dan membukan pintu mobil Sport putihnya untukku.
"Ini tempatnya serem banget sih, Ar. Lo disini aja jangan kemana mana tetep di samping gue, gue takut" refleks aku mengandenga lengan Arnold karena melihat taman yang sangat sepi tanpa lampu dan sangat gelap ini.
"Iya, gue ada disini untuk lo" ucapan Arnold berhasil membuat pipiku bersemu merah walaupun tidak telihat karena gelap tapi aku merasakannya.
"Sekarang tutup mata lo karena gue mau bawa lo ke suatu tempat" ujar Arnold dihadiahi tatapan tajam dariku.
"Lo gila ya udah gelep, suruh nutup mata lagi gua takut gelap Arnold" ujarku masih menggandeng lengan Arnold. Aku sudah sadar bahwa tanganku kini menggandeng Arnold, bukan modus atau semacamnya! Tapi aku takut gelap. Untuk gak ada Kak Nau. Gawat kalo ada dia segala macam setan bisa di liat sengan mata special yang diberikan Tuhan untuknya.
"Din, ada gue jangan takut gua ada di samping lo selalu" ujar Arnold memberi kepercayaan kepadaku akhirnya aku mengangguk walaupun ragu.
Lalu Arnold menutup mataku dengan sapu tangan yang ia bawa Harum Arnold pikirku.
"Arnold" gumamku lembut.
"Iya?" jawab Arnold dengan sangat lembut. Aku menemukan lengan Arnold lalu mengandengnya kembali.Arnold membawaku ke suatu tempat entah tempat apa, yang kulihat adalah gelap.
"Udah sampe Din" ujar Arnold.
"boleh lepas sapu tangan lo dari mata gue?" tanyaku pada Arnold.
"sampe hitungan ke Tiga" ujarnya dnegan lembut. Aku suka suara Arnold yang lembut."1...."
"2......"
"3....."Aku membuka mataku dengan tatapan tidak percaya!
****
Gua lelah, serius. Ngerbenerin ini cerita. Lanjutin Secret of Love, udah gitu gak ada kuota lagi. Kere banget ._. #Sesicurhat
28Mei2015
KAMU SEDANG MEMBACA
Coffee
Teen FictionKehidupannya seperti Coffee selalu pahit di setiap kenangannya, ditinggalkan oleh dua orang yang sangat ia cintai untuk selamanya. ketika semuanya kembali seperti sebuah benteng yang baru di bangun lalu di hancurkan. ** Apa aku gak berhak bahagia? ...