Merindukannya(?)

3.8K 223 1
                                    

Setelah bell sekolah aku dan Clara langsung berjalan ke kios coklat dekat rumahku, karena letaknua tidak telalu jauh dari sekolah.

"Hei" sapa seseorang kepada kami, ternyata dia Arnold. "Hei" ujar aku dan Clara secara bersamaan.

"Kalian mau kemana?" tanya Arnold pada kami berdua mungkin, tetapi matanya tertuju padaku.

"Ke kios coklat deket rumah gue" ujarku santai sebenarnya menahan degup jantung yang semakin cepat.

Aku suka padanya kah?
Tidak!
Hanya karena dia mirip seseorang?
Iya! Emm. Tidak juga.

"Boleh ikut?" tanya Arnold pada kami berdua lagi matanya tertuju hanya padaku. "Ar, lo nanya ke kita berdua apa Dina sih? Mata lo ke Dina mulu tau gak" ujar Clara sebal.

Wah! Jangan jangan ada benih benih cinta di hati Clara. Aku ngomong apa sih? Kayaknya aku mulai gila di tinggal Reihan.

"Em.. Amm. Eng..gak ke kalian. Iya kalian" ujarnya terbata bata. Buruan pergi dari sini Ar, udah panas nih. Gumamku dalam hati.
"Em yaudah gue jalan dulu ya hati hati di jalan" ujar Arnold sambil memasuki mobilnya. Astaga! Datang dan pergi secara tiba tiba, aneh.

"Kayaknya Arnold suka sama lo deh Din" ujar Clara menyelidiki. Ah! Pasti hanya perasaan. Itu juga tidak benar pasti.

"Ngaco, laper ya?" tanyaku pada Clara. " enggk, emang kenapa?" tanya Clara padaku. "Oh gue kira laper" gumamku pelan. "Emang kenapa?" tanya Clara penasaran.

"Mepo amat sih hidup lo Clar?" tanyaku sebal lalu terkekeh padanya. "Ya emang kenapa?" tanya Clara lagi.

"Kalo laper pantesan ngomong lu ngaco. Udah gitu doang penasaran amat kali jadi manusia" ujarku sebal pada Clara seraya memutarkan bola mataku.

"Emang apa sih yang mau lo ceritain ke gue Din?" tanya Clara penasaran. Emang ya ini anak kepo bener dah, gepengin juga ntar, gumamku dalam hati.

"Lrivasi yang tau cuman keluarga gue dan keluarg-- Dia" ujarku pada kalimat terakhir aku mengucapkan dengan lirih.

"Dia? Siapa?" tanya Clara. "Gak usah tanya disini, dari pada gua nangis ntar" ujarku sebal.

****

"Mba pesen Coffenya dua sama mini coklatnya dua ya mba" ujar Clara kepada pelayan yang menggunakan seragam pelayan.

"Lo mau ceritain apa Din?" tanya Clara dengan pertanyaan yang sama. Bosen dengernya.

Aku mulai menceritakannya dari awal kejadian. Dari titik awal sampai titik akhir, sampai belum ap apa minuman kami sudah habis karena terlalu banyak yang harus aku ceritakan kepada Clara.

Sedari tadi sambil cerita emm.. Tepatnya mengenang Alm. Reihan mataku berkaca kaca, dan pada akhirnya air mataku menetes dan aku segera menghapus air mataku kasar.

"Sebegitu berat cobaan lo Din" ujar Clara dengan sorot wajah pilu, sendu, kasihan, bercampur aduk menjadi satu.

Aku hanya mengangguk lalu tersenyum miris.
Lalu Clara memanggil pelayan dan memesan pesanan yang sama. Kami disini sudah hampir dua jam.

"Kalo gua liat Arnold suka sama lo, mending kalo dia nembak lo harua terima dia, gak mungkin kan lo terus terusan ada di bayang bayang Reihan terus, dia gak tenang di sana Din, keberuntungan lo banget Arnold mirip sama Arnold" ujar Clara panjang lebar.

Benar kata Clara aku tidak bisa berlama lama dalam bayang banyang Reihan.

"Mau liat foto Reihan?" tanyaku dengan suara serak. Clara mengangguk mantap.

Ku berikan Handphoneku ke Clara, Clara melihat foto Reihan yang tersneyum bersandar di sebuah dinding dengan bata merah.

Lalu Clara juga melihat foto kami berdua di pantai aku dengan rok pendek bergaris dan baju lengan panjang hitam, sedangkan Reihan dengan celana panjang yang tergulung lalu menggunakan baju berwarna putih.

"Din, lo beda banget sama yang sekarang dan Reihan mirip banget sama Arnold. Gak nyangka gue" ujar Clara dengan sorot wajah kaget dan tidak percaya.

"Ya itu semua ada sebabnya, sebabnya karena kepergian Reihan" ujarku denga sorot wajah sendu.

Saat itu juga Riella dam Raffi datang berdua dengan bergandengan tangan. Mau nyebrang ya kakek sama nenek?

Riella yang menyadari keberadaan aku dan Clara langsung bertanya "Boleh gabung?" tanya Riella masih menggandeng tangan Raffi.

Aku tersenyum dengan manisnya "Silakan kawan" ujarku dan penekanan di kalimat terakhir. Biar dia sadar. "Gak tau malu" ucapku tanpa suara kepada Clara, sahabatku itu mengangguk setuju.

Aku dan Clara langsung mengambil tas kami lalu kami letakkan si belakang punggung kami.

Mereka berdua asik sendiri, begitu juga dengan aku dan Clara.

"Gua kangen dia Clar" gumamku dengan tatapan kosong.
"Sabar din, gua yakin lo bisa dapetin yang baik kok, udah di depan mata lho din cakep lagi. Ah lu mah nyulik cowo gue" ujar Clara dengan senyum aneh, sedangkan aku terkekeh tidak mempedulikan mereka yang tidak punya hati.

Spontan Raffi dan Riella langsung melihat ke arah kami, aku dan Clara seketika diam lalu tawa kami meledak.

Lebih parah lagi di panggung kecil Kios Coklat ini ada yang bernyanyi lagu galau, astaga! Suasana ini tidak baik. Aku harus pergi. Dari pada aku nangis lagi nanti.

Aku seakan teringat sesuatu. "Oh iya Clar, lo udah buat gue nangis tadi, beliin coklat sama ice Cream? emm noo! Coffe aja" ujarku pada Clara dengan senyum aneh!

Clara hanya memutarkan bola matanya dan aku hanya tertawa meninggalkan Raffi dan Riella yang lagi di mabuk Cinta! Tapi hasil nikung.

****

26Mei2015

CoffeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang