Akhir akhir ini aku merasa diriku sedang dekat dengan Arlond yang kusebut sebagai kembaran Reihan. Karena mereka sangat mirip terkecuali sifat dan senyumannya.
Akhir akhir ini juga Arnold menjadi semakin care padaku, kalau dekat dengannua aku merasa degup jantungku menjadi cepat, semakin cepat dan bertambah cepat hingga aku kewalahan untuk menstabilkan detak jantungku sendiri.
Apakah aku menyukai Arnold?
Ya, sedikit aku perlu beberapa waktu untuk lebih mengenal dan mencintai Arnold.Ya! Benar kata Clara aku harus berubah dan mencari seorang pengganti Reihan, tidak selamanya aku begini.
Bunyi Hanphoneku membuyarkan lamunanku
Arnold : Hei Din
Dina : Hei juga
Aku tersenyum Arnold mengirimkan pesan lewat line.
Arnold : Besok ada waktu gak?
Dina : Ada. Kenapa?
Arnold : Besok, bisa ke Kios Coklat?
Dina : Bisa, mau ngapain?
Arnold : Besok pulang sekolah, langsung ke Kios ya bareng gue. Ada yang mau gue omongin .
Omongin?
Semakin penasaran.Dina : Bisa kok, kan lo buat gua kepo kan. Apa sih emangnya?
Arlond : Simpen dulu rasa kepo lo itu Din. Haha :D
Dina : bayarin(?)
Memalukan memangArnold : Iyee tenang aja.
Just Read.
Mau ngomong apa ya Arnold? Penasaran. Seharusnya tadi dia gak ngasih tau aku, jadi penasaran kan.
"Dinaaaa..." teriakan Kak Nau yang membuyarkan lamunanku.
"Apaaaaa???" teriakku tidak kalah keras dari Kak Nau.Jadi sebelum mama pulang kami bebas mau teriak teriak, kalau mama pulang kami haris hening. Entahlah!
"Gausah teriak teriak sih" ujar Kak Nau membuka pintu kamarku. "Apa situ gak sadar diri?" tanyaku sebal pada Kak Nau.
"Din" panggil Kak Nau lagi
"Apa?" ujarku santai
"Din" ini kakak satu minta di gepengin. Asli!"Apaan sih?" ujarku sebal.
"Din?" panggil Kak NauAku hanya diam karena sebal pada kakak aneh satu itu.
"Kok gak jawan sih Din?" tanya Kak Nau sambil terkekeh.
"Pergi lo dari kamar gua bawa barang barang lo pergi sama hush" ujarku sebala pada Kak Nau tapi gak bermaksud untuk mengusirnya."Dengan senang hati" ujar Kak Nau bangkit dari tempat tidurku, segera aku menahan lengannya. "Ngambek, alay lo. Oke. Apa kak Naufal" ujarku pada kalimat terakhir ku sebutkan dengan semanis manisnya.
"Mama, mau nikah lagi " ucapan kak Nau membuatku tertegun dan membeku beberapa detik.
"Serius kak?" tanyaku pada Kak Nau kali ini serius sangat amat serius.
"Beneran deh, tahun depan pernikahannya, gua juga gak tau sama siapa waktu gue tanya sapa siapa mama malah ngangkat bahu sambil senyum terus bilang "Dia pasti yang terbaik untuk Nau sama Ina" gitu" ujar Kak Nau panjang lebar.
Di buat penasaran lagi!
"Siapa sih Kak? Penasaran nih, kenapa mama gak kasih tau aja? Biar kita bisa beradaptasi dulu, soalnya gua masih gak pengen ayah baru, gua pengen ayah dulu tapi-- It gak mungkin terjadi " ujarku dengan sorot wajah yang sulit si tebak.
"Lo kira gue enggak" gumam Kak Nau pelan.
"Ina, nanti kalo ayah gak ada, kamu harus cari pengganti ayah ya, ayah yakin dia pasti lebih baik dari ayah" ujar ayah sebelum nyawanya di angkat oleh Tuhan.,
"Tapi yah, Ina gak mau penggati ayah pasti dia jahat sama kayak yang di tv tv itu" ujarku di tengah isak tangis.
"Ina, dengerin ayah, ayah mau kamu jadi yang terbaik buat ayah, bahagiain ayah dan juga mama ya, jadilah anak pintar ya nak" ujar Ayah dengan sangat lembut siapa saja yang mendengarkan akan terasa tenang batinnya.
"memang Ayah mau kemana?" tanyaku polos.
"ayah mau pergi ke tempat yang sangat indah" ujar ayah sambil tersenyum. "kemana? Ina boleh ikut?" tanyaku sangat senang sedangkan Ayah masih dengan senyumannya."Tidak, Ina tidak boleh ikut, ina harus disini jagain Mama juga Kak Nau " gumam Ayah dan suaranya semakin pelan.
Ttttiiiiiittttt
" Ayah, ayah bangun" ujarku si tengah isak tangisku .
Ayah meninggal.
8 Tahun lalu.
Saat itu umurku masih sangat kecil dan tidak tau apa apa. Mengapa ayah sebaik itu harus diangkat jiwanya? Secepat itukah?
Aku tidak percaya ada lelaki sebaik Ayah dan Reihan, dua lelaki terbaik didunia harus pergi meninggalkanku? Sendirian dengan perasaan yang sangat teramat sedih?
"Waktu itu lo enak Din, waktu ayah meninggal lo ada di samping ayah, sedangkan gue? , gue masih di Surabaya sama mama, gak sempet denger kata terakhir dari papa" ujar Kak Nau dengan sorot wajah sangat sedih, menyesal, dan kecewa."Pesan terakhir ayah buat gua, "jaga Ina baik baik ya Nau, Mama juga. kamu akan menjadi tulang punggung keluarga" cuman sedikit memang, tapi banyak arti" ujar Kak Nau dengan perasaan yang ah! Tidak bisa di ungkapkan lewat kata kata.
"Kak Nau, udahlah gak usah galau galau lagi, lagi malea galau lagi pengen seneng" ujarku dengan tersenyum.
Kak Nau menyipitkan matanya sambil melihat kearahku. "Lagi jatuh cinta ya?" tanya Kak Nau menggoda membuat pipiku merah.
"Apaan sih" ujarku sambil memukul lengan Kak Nau pada bantal terdekat.
"Cieee Dina PJ dong PJ" ujar Kak Nau masih dengan senyumnya yang sok manis itu.
"matamu PJ PJ, jadian aja belom" keceplosan! Segera aku menutup mulutku dengan tangan kiri.
"ih beneran? Lagi ngegebet siapa sih Ina? Kasih tau dong na" ujar Kak Nau sengan memaksa dan memukul mukul lenganku.
"ih, enggak lho tadi ada setan lewat jadi salah ngomong" ujarku sambil melihat sekitar kamarku. "Ada hantu kecil berlumuran darah din, di belakang lo" ucapan Kak Nau berhasil membuatku memeluk Kak Nau. Modus! Aku takut sekali tentang hal mistis seperti itu.
Secara Kak Nau bisa melihat Hantu, aku jadi was was kalau dekat dekat dengan Kak Nau.
Tawa Kak Nau meledak seketika itu juga "Bercanda lho, din bercanda" ujar Kak Nau di sela sela tertawanya. Aku melepaskan pelukannya lalu mendorong Kak Nau.
"Gak lucu" ujarku sebal.
"Tapi emang disini memang ada yang nunggu jadi hati hati ya din" wajah Kak Nau berubaha menjadi serius.Aku melihat sekeliling kamarku. Lalu lari dari kamar dan ke ruang TV dengan volume besar.
Kak Nau menghampiriku. "Hati hati" gumam Kak Nau.
"Gak maksud" gumamku pelan. "Diam!" ujarku keras pada Kak Nau sedangakan Kak Nau malah tertawa.Hobi kok jailin orang.
****
Jangan lupa Votenya ya
Mkasih27Mei2015
![](https://img.wattpad.com/cover/40602416-288-k51505.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Coffee
Teen FictionKehidupannya seperti Coffee selalu pahit di setiap kenangannya, ditinggalkan oleh dua orang yang sangat ia cintai untuk selamanya. ketika semuanya kembali seperti sebuah benteng yang baru di bangun lalu di hancurkan. ** Apa aku gak berhak bahagia? ...