Sejak tadi dini hari sekitar pukul 03.00 aku mengurungkan diri di kamar tanpa makan dan minum, tanpa peduli katukan pintu kamarku siapa pun itu aku tak peduli. Sekarang pukul 14.00 aku lapar aku sangat lapar, aku malas keluar kamar pasti aku di maki maki oleh Kak Nau emm Nau maksudnya telah merebut kebahagiaannya.
Sejak dini hari tadi aku tak menganggap dia itu kakakku!
Dan aku menganggap mama harta paling berhaga saat ini, Arnold maaf karena aku telah mengakhiri hubungan kita, kamu gak salah Ar, aku yang salah tepatnya takdir, takdir tidak mengizinkan kita bersama Ar, semoga kamu dapetin seseorang yang lebih dari aku, semoga kamu bahagia Ar." aku minta maaf Ar" gumamku pelan disertai air mata hangat yang jatuh di pipiku lagi. Ku lihat diriku di depan cermin pucat seperti makhluk yang tidak lagi hidup, akankah aku berubah menjadi makluk itu? Cepat atau lambat?
Aku menghela nafas berat, hari ini aku memutuskan untuk tidak sekolah, aku masih tidak mau bertemu dengan siapa pun termasuk Nau. Aku tidak peduli lagi dengannya. Dia mau menikah dengan Kak Dewi silakan gak ada yang ngelarang dengan senang hati dan ambil kebahagiaan itu.
Took tokk
Suara ketukan lembut dari luar sana membuat aku tertegun, Naufal? Gak mungkin, mama? Sudah harus pergi ke papua untuk bisnisnya yang sangat sibuk.
" siapa?" gumamku sengan suara serak. " Din buka dong pintunya ini gue Clara sama Arnold" ujar salah satu di antara mereka, sekejap aku langsung membuka pintu secara hati hati dan langsung meneluk Clara.
" astaga Din, ini lo kan? kayak bukan lo tau gak!" tanya Clara bingung. " kenapa?" tanyaku dengan suara berbeda karena sejak dini hari itu aku belum berbicara sama sekali.
Bagaimana mereka bisa masuk rumahku sampai sini? Bukankan Naufal di rumah atau pergi ke club? Tidak! Aku tidak peduli.
"Kamu gapapa?" tanya Arnold menggapai kedua tanganku dengan penuh pengertian dan dengan nada suara yang lembut. "apakah kita bener bene udah putus?" tanya Arnold dengan sorot wajah sendu.
Tanpa aba aba aku memeluknya, menangis di dalam pelukannya meminta maaf berkali kali padanya.
" Naufal yang minta Ar, ceritanya panjang" ujarku pada Arnold.
" Naufal?" tanya Arnold tanpa suara hanya bibirnya saja yang bergerak. Aku sebelah kedua alisku lalu mengangguk. " bukanya kak nau?" tanya Clara bingung hanya itu yang ada di sorot wajah Clara, aku hanya mengangkat bahu tak peduli." apa masih ada kesempatan buat aku Din?" tanya Arnold penuh harap, " aku sayang kamu" ujar Arnold dengan tulus di matanya.
Jangan tanya seperti itu Arnold aku mohon, pertanyaanmu menjebak. Ya, aku masih ingin selalu di samping kamu Ar, mengisi hari hari kamu, tapi kalo memang takdir mengatakan seperti ini kita jalanin aja.
" Begitupun juga dengan aku Ar" ujarku pelan. " tapi takdir berkata lain" ujarku pelan.
****
" Din, maafin gua. Gua udah ngambil kebahagian lo Din, maaf" ujar Naufal yang baru saja pulang dari mana entah, lalu ia melihatku sedang menonton Tv dan menghampiriku aku hanya pura pura tenang dan menahan emosiku.
" telat" ujarku cepat lalu memekan cemilan yang ada di sampingku. " Din, please saat itu di luar batas kendali gua din, gua waktu itu emosi ba-" aku memotong pembicarann Naufal.
" telat, lo liat? Gua udah putus sama Arnold tunggu apa lagi? Secepatnya ya tunangan sama Kak Dewi semoga langgeng" ujarku pelan dan sangat santai sambil memasukkan makanan kecil ke mulutku.
"Dinnn.." ujar Naufal frustasi.
" hm?" aku seperti menganggap hal itu tidak terjadi." please" ujar Naufal penuh harapan. " buat apa minta maaf? Toh, semuanya udah terjadi gua sama Arnold putus di depan mata lo" ujarku masih dengan nada suara cuek dan dingin.

KAMU SEDANG MEMBACA
Coffee
Fiksi RemajaKehidupannya seperti Coffee selalu pahit di setiap kenangannya, ditinggalkan oleh dua orang yang sangat ia cintai untuk selamanya. ketika semuanya kembali seperti sebuah benteng yang baru di bangun lalu di hancurkan. ** Apa aku gak berhak bahagia? ...