05. Hujan yang paling menyenangkan

131 65 81
                                    

"Hujan itu selalu menyenangkan, namun rasanya lebih menyenangkan jika bersama kamu di bawah hujan."

---

Langit yang gelap, petir yang bergemuruh, dan suasana sekolah kini sudah ramai. Semua siswa-siswi berbondong-bondong keluar kelas karena bel pulang sudah berbunyi. Hujan belum turun dengan deras, hanya gerimis kecil saja.

"Ayo, Al! Ntar hujannya besar duluan!" ucap Shelila pada Aleena yang tengah melepaskan sepatunya di kelas.

"Sabar, La! Lagian besok gue nggak berangkat, kalo kehujanan, dan seragam gue basah, ya gue aman." ucapnya membuat Shelila membulatkan matanya.

Kaki Shelila bergerak pelan menendang Aleena yang tengah duduk di lantai. "Lo mikirin diri lo sendiri Mulu! Gue besok berangkat, Al."

"Eleh, biasanya juga lo pura-pura sakit."

"Enak aja!"

Bertepatan dengan itu, hujan kini turun dengan deras membuat Shelila menghela nafas pasrah. Ia suka hujan, namun ia masih memikirkan seragam yang masih di gunakan besok.

Shelila duduk di lantai, bersebelahan dengan Aleena. Tangannya kini bergerak membuka sepatu dan kaos kakinya untuk ia masukkan kedalam kantong kresek besar yang sudah ia bawa dari rumah.

Aleena terkekeh, "Kata gue juga apa, hujan pasti besar. Kalo nggak di sini, ya di jalan. Sama aja lo bakal kehujanan, Shelila."

Shelila hanya mencibir, mengikuti kata-kata Aleena tanpa suara. "Biasanya suka hujan-hujanan?" tanya Aleena.

"ALEENA DI PANGGIL TUH!" belum sempat Shelila menjawab, suara menggelegar dari salah satu teman kelasnya membuat atensi mereka berdua teralihkan.

Aleena bangkit, meninggalkan Shelila duduk di lantai yang masih membuka sepatunya. Terlihat Fariz yang sudah berdiri di ambang pintu, dengan tangan yang membawa sebuah jaket.

"Apa?" tanya Aleena jutek.

"Pake!" ucapnya.

"Nggak, makasih."

Fariz menghela nafas kasar, ia meraih tangan Aleena dan memberikan jaket itu paksa. "Pake, Al! Lo bakal hujan-hujanan lagi, nanti lo bentol-bentol." ucapnya.

Aleena diam, lalu mengangguk saja. "Lo pulang sama siapa?" tanya Aleena.

"Sama Azriel,"

Aleena hanya mengangguk saja, lalu perhatiannya menoleh pada Shelila yang sibuk memasukan sepatunya kedalam kantong kresek.

"Lila...udah belum? Ayo pulang!"

"Iya, Al, bentar!"

Tanpa aba-aba, tangan Fariz meminggirkan rambut Aleena yang menutupi matanya. "Yang kena tonjok gue mana?" tanyanya.

Aleena hanya menunjuk pipi kirinya dengan jari tengah. "Ck, nggak boleh gitu, Al!" ucap Fariz.

"HEH! LO YA! NGGAK ADA TANGGUNG JAWAB BANGET. UDAH NONJOK, NGGAK NGOBATIN, SEKARANG MALAH MEGANG-MEGANG!" omel Shelila ketika mendekat ke arah mereka seraya tangan yang memukul tangan Fariz.

Fariz menatap Shelila dengan tatapan tajam membuat Shelila menatapnya tajam kembali. "Apa lo? Mau gue colok?!"

Fariz menghela nafas jengah. "Hati-hati pulangnya, Al!" ucapnya pada Aleena tanpa memperdulikan Shelila.

"YEU! DASAR, BOCIL SOK JAGOAN!" teriak Shelila membuat Aleena terkekeh.

"Ayo pulang!" ucap Aleena membuat Shelila mengangguk.

Belum sempat ia melangkahkan kakinya, Shelila menghentikan Aleena. "Pakai dulu jaketnya, Aleena!" ucapnya.

Aleena menghela nafas pelan, "nggak usah lah!"

HE IS KETUA MPK ( SELESAI✓ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang