03. Nomor yang tak di kenal

210 127 246
                                    

"Hal terbaik adalah mendapatkan pesan tiba-tiba dari seseorang yang kita harapkan."

---

Sudah tiga jam, Shelila hanya menghabiskan waktu berguling kesana-kemari di atas kasur kingsize miliknya. Jam menunjukan pukul 23.00, ia bangkit dari kasurnya seraya tangannya meraba perut yang sudah berbunyi.

Belum sempat ia mengangkat badannya untuk pergi ke dapur, handphonenya tiba-tiba bergetar menampilkan sebuah notif pesan WhatsApp dari nomor yang tak ia kenal.

+6281222××××××

Sorry

Tentu saja sebuah pesan itu membuat dahi Shelila mengernyit. Ia bingung, apa maksud seseorang itu? Ia saja bahkan tak mengenal nomornya, mengapa tiba-tiba meminta maaf?

Dengan penasaran, jari Shelila bergerak mengetik sebuah balasan pesan untuk seseorang itu.

Ini siapa?

Sedetik ... Dua detik ... Tiga detik, tak ada balasan apapun dari seseorang itu, membuat Shelila menghela nafas kasar. Ia melempar ponselnya pelan ke kasur, lalu melangkahkan kakinya ke dapur untuk mengambil makanan.

Hanya dalam waktu beberapa menit, Shelila kembali ke kamarnya dengan membawa satu piring makanan, dan 1 gelas berisi susu milo dingin.

Tanpa memperdulikan rasa penasarannya, Shelila tak sedikitpun melirik handphonenya setelah kembali dari dapur. Ia hanya duduk di meja belajarnya, lalu menyantap makanannya.

Tiba-tiba, handphonenya berdering menampilkan sebuah nomor yang tak ia kenal tadi, menelpon. Shelila membulatkan matanya, perlahan ia memencet tombol hijau untuk mengangkatnya.

"Halo?"

"Sorry, fotonya ke hapus." ucap seseorang itu membuat Shelila mengernyitkan dahinya.

Bingung.

Maksudnya apa? Foto apa? Dan dia siapa?

Lama tak ada jawaban dari Shelila, seseorang itu kembali berkata, "Gue Reiki, yang tadi siang motoin lo sama temen lo."

Deg.

Shelila mengerjapkan matanya berkali-kali, berkali-kali juga ia menatap layar ponselnya, tak lupa juga ia menampar-nampar pipinya pelan, hanya untuk memastikan bahwa ini bukan mimpi.

"Halo?"

Suara lembut itu kembali bersuara, membuat Shelila gelagapan. Sepertinya, ia tak bermimpi.

"I-Iya, nggak apa-apa kok."

"Temen lo nggak akan ngoceh-ngoceh kaya tadi siang kan?"

"Nggak,"

"Yaudah, tolong bantu jelasin ke temen lo, ya? Kalo dia masih marah-marah, gue fotoin ulang besok."

Sungguh, suara lembut yang terkesan cuek itu membuat Shelila ingin sekali berteriak.

"Iya, makasih, ya, Ki." ucap Shelila.

"Ki?"

"Reiki, kan?"

Hening. Tak ada jawaban dari seberang sana membuat Shelila mengecek kembali layar teleponnya untuk memastikan bahwa mereka masih terhubung.

HE IS KETUA MPK ( SELESAI✓ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang