"Kita menyukai sesuatu yang sama. Apakah kau juga bisa menyukaiku seperti aku menyukaimu?"
---
Sudah setengah jam, Aleena sudah berada di kamar Shelila hanya untuk menunggu gadis itu bersiap. Ia sesekali menghela nafas kasar dan mengomel karena Shelila tak kunjung selesai.
"La, udah mau jam 8 anjir!"
"Bentar, ini alis gue satunya beda,"
Aleena menghela nafas kesal, lalu ia merebahkan dirinya di kasur Shelila. "Lama-lama gue ketiduran, La."
"Lo mah bau kasur aja langsung merem."
"Cepetan ih! Fariz udah otw."
"Iya-iya, ini selesai."
Aleena menghela nafas lega, ia menatap Shelila dari atas sampai bawah. Memang penampilannya malam ini benar-benar cantik.
"Temen gue kalo jatuh cinta berubah jadi bidadari ya?"
Mendengar itu, membuat Shelila tersenyum malu. "Al, gue malu!"
"Cantik banget, Masya Allah..."
Shelila semakin melebarkan senyumnya. Lalu mengalungkan tas kecilnya pada pundak, dan pergi dari kamarnya.
Mereka pergi menggunakan motor Aleena ke tempat yang sudah Aura tentukan. Sebuah Caffe yang mempunyai tempat outdoor membuat mereka yang berada disana menikmati malam yang indah.
"Al, gue deg-degan." ucap Shelila ketika motor Aleena sudah terparkir rapih di parkiran Caffe tersebut.
"Santai, lo nggak berdua, La."
"Lo harus cairin suasana biar gue nggak canggung ya!"
"Siap!"
Setelah percakapan itu, mereka masuk ke Caffe. Mereka melangkahkan kakinya menuju lantai dua untuk berada di outdoor.
"Kak!" teriak Aura membuat mereka menoleh.
Tempat yang terlihat begitu nyaman, dengan lesehan beralas karpet bulu, dan pemandangan kota yang indah.
"Sorry ya lama," ucap Aleena.
"Emang lo kan tukang ngaret!" sahut Fariz.
Aleena mendelik tajam, lalu mencubit Fariz sehingga ia kesakitan.
"Baru sampe, Al... Udah berantem aja lo!" tegur Shelila.
Tanpa sadar, Shelila sedari tadi terus di perhatikan oleh Reiki. Dari mulai Shelila datang, Reiki tak ada habisnya menatap Shelila dengan kagum.
"Kenapa cakep banget, anjir?!" Batinnya.
"Kak mau minum apa?" tanya Aura.
"Samain aja," jawab Shelila.
Tanpa sengaja, Shelila menoleh ke arah Reiki, membuat mata mereka saling terpaut. Mereka bertatapan cukup lama, membuat jantung Shelila berdetak lebih cepat tak karuan.
Sebelum salah tingkahnya semakin merasuki dirinya, ia langsung mengalihkan pandangan ke arah yang lain.
"Rei, lo apa?" tanya Aura.
"Samain," jawabnya.
"Gue pesen dulu." ucap Aura.
"Ikut yang!" ucap Gibran yang langsung menyusul kekasihnya.
"Anjir, gue lupa!" ucap Aleena tiba-tiba.
"Kenapa?" tanya Shelila.
"Kunci motor gue masih di motor, La."
KAMU SEDANG MEMBACA
HE IS KETUA MPK ( SELESAI✓ )
SonstigesShelila Alzena. Gadis yang mempunyai prinsip tak akan pernah jatuh cinta pada seorang pemuda yang lebih muda dari dirinya. Gadis yang sekarang menelan ucapannya lagi--karena sialnya, si ketua MPK yang notabennya adalah adik tingkat dirinya, berhasil...