12. Mundur

110 53 86
                                    

"Jika sudah tak percaya diri, hanya satu kata yang terus menghantui otaknya, yaitu mundur."

---

Keajaiban bagi kelas AP 1, bahwa pelajaran yang paling tak di senangi dan tak pernah free, kini mendapat jadwal free selama 3 jam karena guru yang mengajar sedang ada urusan mendadak. Meskipun tak lepas dari tugas, mereka akan tetap senang karena tidak akan ada ocehan dan jebakan rumus yang mematikan dari guru itu.

Di kelas sudah ramai, ada beberapa yang bergosip, ada yang mengerjakan tugasnya, ada yang makan, dan ada juga yang tidur.

Seperti sekarang, Shelila lebih memilih untuk melipatkan kedua tangan di atas meja, untuk ia jadikan alas kepalanya.

Berbeda dengan Aleena, dia kini tengah duduk di lantai paling pojok bersama dengan teman-teman yang lain sembari bermain kartu Uno.

"Lila!" teriak Aleena yang tak dapat jawaban dari Shelila.

"Tidur anjir, mau lo teriak-teriak gimana juga nggak akan nyaut!" sahut salah satu siswi yang tengah bermain Uno bersama Aleena.

"Udah ah, gue juga mau tidur." ucap Aleena yang langsung bangkit dari sana.

Ia melangkahkan kakinya duduk di sebelah Shelila. Terlihat bahwa gadis itu tengah terlelap dengan sebuah earphone di telinganya.

Sebenernya Aleena ingin bertanya tentang kejadian di kantin tadi. Sebenarnya ia melihat Shelila tengah berbicara dengan Gisela. Entah apa yang mereka bicarakan Aleena tak tau. Namun yang pasti, itu membuat sikap Shelila menjadi lebih pendiam sampai saat ini.

Dengan perasaan bosan, ia melangkahkan kakinya keluar kelas entah kemana tujuannya. Ia hanya ingin berjalan-jalan saja untuk mengurangi rasa bosannya.

Tepat di depan ruang OSIS, Aleena terhenti ketika mendengar nama sahabatnya di sebut dalam pembicaraan dua orang.

"Kayanya Shelila nggak akan deket-deket sama Reiki lagi."

"Lo apain dia?"

"Gue cuma nanya ke dia, kalo dia suka Reiki apa ngga."

"Terus?"

"Dia jawab ngga. Bagus dong, jadi gue jawab kalo Reiki suka sama gue, dan gue nggak mau dia sakit hati."

"Pinter juga lo."

Aleena diam, tangannya diam-diam sudah terkepal. Pantas saja Shelila menjadi seperti tak ada semangat hidup, ternyata Gisela sebabnya.

Dengan perasaan kesal, Aleena melangkahkan kakinya menuju kantin. Disana, sudah ada Fariz yang tengah makan bersama teman-temannya yang lain.

Kakinya melangkah mendekat pada meja tempat mereka berkumpul.

"Noh liat pawang lo nyamperin." ucap salah satu teman Fariz.

Fariz menoleh, menatap Aleena yang tengah berjalan mendekat ke arahnya.

"Lo ngapain kesini, Al?"

"Nggak boleh?"

"Bukan gitu, ini jam pelajaran, Al."

"Lo di sekolah ini juga jadi siswa kan? Lo juga ngapain disini, sedangkan ini jam pelajaran?"

"Gue freeclass."

"Bohong! Gue tadi lewat kelas lo, ada Pak Agus."

Fariz diam, "Masuk nggak lo!" ucap Aleena kesal.

"Tanggung, bentar lagi jam Pak Agus selesai."

"Masuk sekarang, Fariz! Mau gue aduin ke Bunda lo?!" tanyanya mengancam.

Fariz menghela nafas kasar, lalu bangkit dari sana. "Cabut guys!" ucapnya pada teman-temannya.

HE IS KETUA MPK ( SELESAI✓ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang