09. Maaf?

96 46 53
                                    

"Tentang hal yang membuat aku sakit, apakah aku harus cepat memaafkannya?"

---

Bel pulang telah berbunyi membuat siswa-siswi berbondong-bondong untuk meninggalkan kelas dan juga sekolah. Berbeda dengan Shelila yang kini berada di ruang musik. 1 jam terakhir tadi, ia pergi bersama Aleena ke ruang musik karena kelas mereka mendapat freeclass.

"Ayo Al, pulang!" ajak Shelila pada Aleena yang masih betah membaringkan tubuhnya di sofa yang ada di ruang musik.

"Duh gue mager banget, La. Mainin musik sekali lagi lah, baru nanti pulang." ucap Aleena yang pandangannya fokus pada layar ponselnya.

Shelila menghela nafas pelan, ia melirik arloji di pergelangan tangannya. Jari-jarinya mulai bergerak lincah pada senar gitar membuat ruang musik di penuhi dengan nada yang Shelila buat.

Tanpa suara, Shelila terus membiarkan nada-nada itu berirama dalam ruang musik itu. Tatapan Shelila kosong, pikirannya kembali memikirkan tentang kejadian istirahat tadi yang Reiki membentak dirinya.

Ceklek

Sebuah pintu ruang itu terbuka membuat Aleena dan Shelila menoleh. Terdapat Reiki yang tengah berdiri dengan membawa sebuah kunci yang di kalungkan pada lehernya.

Mereka bertiga diam sejenak, sebelum akhirnya Aleena memecah keheningan di antara mereka.

"Yuk La! Gue laper," ucapnya seraya bangkit.

Shelila mengangguk, lalu meletakkan gitar pada tempatnya, lalu beranjak pergi dari sana. Namun sebelum ia keluar dari ruangan, suara Reiki mampu menghentikan langkahnya.

"Maafin gue," ucapnya pelan, namun masih bisa Shelila dengar.

Shelila membalikkan tubuhnya menghadap Reiki. Ia menunjuk dirinya sendiri untuk memastikan bahwa Reiki berbicara dengannya. "Lo ngomong sama gue?" tanya Shelila.

Hanya anggukan saja yang Reiki berikan. Ia melangkahkan kakinya mendekat pada Shelila membuat jantung gadis itu berdetak lebih cepat.

"Gue nggak bermaksud ngebentak lo," ucap Reiki lagi.

Shelila diam sejenak, lalu teringat dengan sebuah permen dan secarik kertas bertuliskan kata maaf.

"Permen itu dari lo?" tanya Shelila memastikan.

Reiki mengangguk, "Gue denger, lo suka permen milkita."

Shelila mengangguk pelan, lalu mengangkat bibirnya membentuk sebuah senyuman. "Makasih!"

"Lo nggak marah? Marahin gue ayo sekarang! Balas bentak gue kalo perlu." ucapan Reiki tentu membuat Shelila tertawa.

"Lebay lo! Gue nggak marah tau, cuma kaget aja dikit." ucap Shelila seraya terkekeh.

Reiki yang melihat itu, menjadi merasa gemas pada gadis di hadapannya, yang akhir-akhir ini membuat pikirannya tak karuan.

Tanpa sadar, bibir Reiki terangkat membentuk senyuman, membuat Shelila mematung.

"Woi anjir! Gue dari tadi ngoceh sendiri, lo masih disini!" ucap Aleena yang tiba-tiba muncul dari balik pintu.

Mata Aleena memicing pada keduanya, "Ngapain lo berdua senyum-senyum gitu?" tanyanya penasaran.

Lalu tatapan matanya beralih pada Reiki, dengan tatapan tajam. "Tadi pagi lo ngebentak dia di depan umum, sekarang senyum-senyum gitu. Dasar cowok!" ucap Aleena membuat Reiki menghela nafas pelan.

Shelila tertawa, "Udah, Al! Ayo pulang yuk!" ajaknya lalu segera pergi dari sana.

Di ruang musik, hanya tersisa Reiki yang maniknya masih menatap jejak kepergian Shelila. Ia tersenyum, jantungnya berdetak tak karuan hanya karena tingkah gemas Shelila.

HE IS KETUA MPK ( SELESAI✓ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang