5. Kamar Baru

199 102 111
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Hai, selamat soree

Dapet puasa pertamanya kan?

mumpung lagi bulan Ramadhan

jangan pelit vote sama komennya, biar pahalanya nambah hehe

.
.
.

Di ruangan bernuansa hijau, kini Kelviano dan ke empat temannya berada. Seusai keributan yang mereka buat kemarin, membuat mereka harus berhadapan langsung dengan Kyai Yusuf-selaku pemilik pondok-

"Ada tujuan apa kalian ke sini?"

Kelviano meneguk ludah kasar. "Itu Pak Kyai, beberapa hari yang lalu saya di beri alamat oleh Kyai Zainudin. Beliau memerintahkan saya untuk datang ke alamat yang diberikan oleh Beliau," jelas Kelviano sembari memberikan secarik kertas yang kemarin sempat diberikan oleh Kyai Zainudin.

Kyai Yusuf menerima kertas yang diberikan oleh Kelviano. Dahinya mengernyit. Bibirnya mengeringai membaca tulisan kecil yang berada di pojok kiri.

"Jika nanti ada lima remaja datang menemuimu, salah satu diantaranya adalah muridku. Bimbinglah mereka menjadi lebih baik lagi."

Seusai membaca pesan yang tertera, Yusuf memberikan kertasnya kembali kepada Kelviano. "Jadi, kamu muridnya Kyai Zainudin?"

"Iya Pak Kyai," jawab Kelviano sembari masih menunduk. "Tapi, saya hanya murid ugal-ugalan saja," lanjutnya terkekeh.

Farrel menyenggol lengan Kelviano pelan. "Apaan lo pencitraan. Lo baru ketemu Kyai Zainudin aja sekali, udah ngaku muridnya," bisik farrel di telinga Kelviano, namun masih dapat didengar oleh Kyai Yusuf.

"Namun, apakah kamu tidak tahu pakaian yang sopan ketika bertamu itu seperti apa?" tanya Kyai Yusuf. Nada bicaranya kali ini terdengar lebih lembut dari yang sebelumnya.

"Seperti pakaian yang sedang saya gunakan Pak Kyai," jawab Kelviano polos.

Kyai Yusuf mengangkat kedua alisnya. "Jadi, menurut kamu pakaian yang memperlihatkan aurat itu adalah pakaian yang sopan dipakai untuk bertamu?"

Deg! Malu! Dirinya benar-benar malu kali ini. Berniat untuk melucu malah kena batu. Sial!

"Eh anu Pak Kyai, maksud saya tuh bukan gitu," alibi Kelviano gugup.

Atlas yang duduk di sebelah Kelviano menyahut. "Dia mah emang gitu anaknya Pak Kyai, cowo tapi sukanya pink-pink."

"Bahkan Pino masih doyan ngedot loh Pak Kyai," ledek Daffa.

Ruangan yang tadinya terasa mencengkeram, seketika ramai akibat gelak tawa setelah mendengar lontaran dari Daffa. Bahkan Kyai Yusuf pun ikut tertawa, seakan lupa dengan niatnya yang ingin membuat mereka takut.

Kelviano menghela nafas panjang. Meluruskan ucapan Daffa. "Maksud Daffa bukan ngedot ngempeng gitu Pak Kyai. Tapi, ngedot suka minum susu aja."

"Halah, mana ada minum susu pake botol yang ada empengnya," sindir Alvaro.

"Gambarnya Hello Kitty lagi," sambung Farrel ikut mengompori.

Pletak!

"Sakit anjir!" Farrel balas memukul kepala Kelviano.

"Makannya kalo ngomong jangan suka jujur-jujur banget." Kelviano berdecak agak sebal. "Lo kaga punya filter buat memfilter omongan lo?"

Kyai Yusuf melerai. "Sudah-sudah jangan berteman."

Mengejar Cintanya Ning Lala ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang