Happy reading 💐
***
Sore ini Lala terlihat sangat sibuk sekali. Dia nampak berjalan mondar-mandir dengan nampan di tangannya. Sedangkan Loli dan Bella tengah memasak di dapur sembari bersholawat favorit mereka.
"Yaa Man Shollaita Bikullil Anbiya.." Bella mulai menyanyi dengan menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri.
Loli menatap Bella dengan tersenyum. Lalu menyahut. "Yaa man fii qolbika rohmatun linnas.."
Lala yang tengah berjalan menghampiri mereka pun ikut menyahut. "Ya man allafta quluuban bil Islam.. , yaa habiibii yaa shafii'i yaa Rasulullah.."
"Bi ummi wa abi.., fadaytuka sayyidi.., sholatun wa salam 'alayka yaa Nabi.."
Mereka terkejut dengan suara lembut nan indah yang tiba-tiba ikut menyahut. Atensi mereka sontak mengarah kepada seseorang yang berbalut gamis hitam, serta cadar hitam, tengah berdiri tidak jauh dari mereka.
"Ustadzah!" pekik Bella dan Loli. Mereka langsung berlari untuk memeluk seseorang yang dipanggil Ustadzah itu.
"Astagfirullah," ia sedikit terhuyung kebelakang karena mereka yang memeluknya secara bersamaan.
Loli sedikit melonggarkan pelukannya. Kemudian mendongak menatap perempuan itu. "Ustadzah Nurul ko lama banget si liburannya."
"Bener tuh, kita kan udah rinduu..." sambung Bella kembali memeluk Ustadzah Nurul dengan erat.
Ustadzah Nurul tersenyum. Lalu beralih menatap Lala yang hanya diam saja tanpa memberikan reaksi apa pun. Merasa diperhatikan, Lala langsung membuang muka.
"Sebentar ya," Ustadzah Nurul melepaskan pelukan Bella dan Loli. Ia berjalan mendekati Lala. "Anza tidak kangen sama Ustadzah kah?" tanyanya setelah berada tepat di depan Lala.
Anza adalah panggilan yang diberikan oleh Ustadzah Nurul untuk Lala. Ustadzah Nurul sengaja memanggil Lala seperti itu karena dia ingin mencoba berbeda dengan yang lain. Lagi pula nama panggilan Anza itu menurutnya sangat bagus. Dan Lala pun tidak mempermasalahkan hal itu. Karena Lala sendiri sudah bosan dipanggil Lala, bukannya tidak bersyukur. Tetapi Lala hanya heran, mengapa kebanyakan orang yang mengenalnya pasti memanggilnya Lala, padahal kan dia mempunyai nama depan dan nama belakang. Kenapa mereka tidak memanggilnya dengan nama depannya atau nama belakangnya.
Lala menatap Ustadzah Nurul sebentar, kemudian kembali membuang mukanya. Ustadzah Nurul menghela nafas pelan. Tidak kecewa atau pun memarahi Lala. Ustadzah Nurul justru berdiam sejenak memikirkan bagaimana cara membujuk Lala. Supaya Lala mau memaafkannya. Lagi pula Ustadzah Nurul sudah paham, mengapa Lala bersikap seperti ini padanya. Pasti Lala saat ini tengah merajuk kepadanya.
Setelah berpikir sejenak, dan ide pun sudah muncul dibenaknya. Ustadzah Nurul sedikit membungkuk untuk menyamakan tingginya dengan Lala. Kemudian, ia menangkup kedua pipi gembul milik Lala. "Iya deh Ustadzah Nurul ngaku salah, kita baikan gimana? Kalo Lala maafin Ustadzah, nanti kita buat kue bersama, mau nggak?" bujuknya berharap Lala akan luluh kepadanya.
Atensi Lala sontak mengarah menatap Ustadzah Nurul. Matanya menyorot Ustadzah Nurul penuh selidik. Lala masih takut jika Ustadzah Nurul akan membohonginya lagi. Karena dulu, Ustadzah Nurul pernah mengucapkan seperti ini juga. Namun, pada hari mendekati perjanjian. Ustadzah Nurul mendadak pulang ke kampung halamannya. Menjengkelkan bukan? Tapi ya mau gimana lagi, toh udah hak Ustadzah Nurul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Cintanya Ning Lala ( End )
Romance"Bisa baca Al-Qur'an?" Tanya Lala tanpa menatap Kelviano sedikit pun. "Maksud lo apa?" "Saya tanya, apa kamu bisa baca Al-Qur'an?" ulangnya untuk memperjelas. "Emang kalo mau kenalan terus nikah sama lo, harus bisa baca Al-Qur'an?" Lala menghela naf...