12. Santri Baru?

71 23 15
                                    

Happy reading💐

***

"Copett...copett....tolong copett..."

Kelviano dan Lala sontak terkejut. Atensi mereka beralih menatap perempuan di depan sana yang tengah tarik-tarikan tas dengan pria bertubuh kekar.

"Copet.. tolong.. tolongg.." gadis itu kembali berteriak sembari menengok ke kanan dan kiri berharap akan ada orang yang membantunya.

Hendak Kelviano berlari membantu gadis itu. Atlas langsung memberi kode kepada Kelviano supaya tetap berada di tempatnya. Tanpa lama-lama Atlas langsung berlari ke arah gadis itu.

Dor

"Aaaaa...."

Gadis itu memekik histeris ketika suara pistol menggema begitu kerasnya. Untung saja, suasana di sana terlihat sangat sepi dan jarang di lalui banyak orang. Jika tidak, pasti sekarang akan terjadi kericuhan akibat teriakan gadis itu yang akan membuat semuanya makin belibet.

"Woi, ngapain lo masih tutupan telinga. Copetnya udah mati kali."

Suara berat yang terdengar meledek membuat Gadis itu membuka matanya perlahan demi perlahan. Ia kembali berteriak histeris ketika melihat pencopetnya sudah tergeletak dengan darah di sekujur tubuhnya.

Matanya membulat. Kedua tangannya bergetar sembari menutupi mulutnya. Kejadian ini, kejadian ini benar-benar di luar dugaannya.

Sadar akan ketakutan gadis itu. Atlas segera menghampirinya.

"Stop! Jangan mendekat!" Gadis itu berteriak kencang. Dadanya bergemuruh. Matanya sudah memanas. Kali ini dia benar-benar merasa sudah seperti penjahat.

Atlas menghentikan langkahnya. Menatap gadis itu bingung. "Kenapa?"

"Diam! Jauh-jauh lo psikopat!" gadis itu terduduk lemas. Kakinya sudah tidak kuat untuk berdiri. Bulir-bulir air mata mulai membasahi pipinya gembulnya.

Atlas semakin tidak paham akan gadis yang di depannya ini. Mengapa dia malah menangis? Lalu mengapa dia terlihat sangat ketakutan? Atlas mengedikkan bahunya. Daripada hanya bingung sendiri. Atlas kembali melangkah untuk mendekati gadis itu.

Mendengar langkah kaki semakin dekat dengan posisinya. Gadis itu menelan salivanya dengan susah payah. Jantungnya kembali berdetak tidak karuan. Kini Ia hanya bisa pasrah apa yang akan dilakukan cowo itu terhadapnya.

"Tolong, jangan deket-deket gue..gue masih pengin hidup.. jangan bunuh gue.. gue masih pengin nikah.." racau gadis itu.

Atlas menautkan kedua alisnya. Semakin tidak paham akan ucapan gadis itu. Apa dia sudah gila? Lagi ketakutan seperti ini saja masih memikirkan untuk menikah.

Atlas menarik lengan gadis itu untuk berdiri. Setelah gadis itu berdiri, Atlas menatap gadis itu lekat-lekat lalu menyentil hidung mungilnya. "Nggak pegel tu mata merem terus?"

Gadis itu terdiam membeku. Dengan segera gadis itu membuka matanya. Saat membuka matanya. Ia terkejut bukan main saat melihat cowo itu tengah berdiri sangat dekat dengannya.

Atlas kembali menatap lekat kepada gadis itu, ketika bola mata mereka saling bertemu. "Lo cantik."

Gadis itu terdiam membeku seraya mencerna ucapan cowo di depannya. Ia menatap Atlas menyelidik. Ia merasa bahwa cowo di depannya ini tengah mengalami gangguan kejiwaan.

"Lo stres ya?" tanyanya heran.

Atlas menggeleng. "Nggak, lo emang cantik kok." Atlas menggantung ucapannya. "Tapi kalo dilihat dari lubang sedotan."

Mengejar Cintanya Ning Lala ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang