9. Sebuah Kesepakatan

103 49 32
                                    

Hallo halo hallo

selamat malam semuaaa

kabar baik kan?

happy reading 💐
.
.
.

Kelviano berjalan menuju ndalem dengan perasaan yang campur aduk. Dirinya benar-benar frustasi. Bagaimana bisa dia sangat lalai menjaga anggotanya hingga bisa sampai terjadi keributan seperti ini? Dia merasa sangat bersalah kepada Kyai Yusuf karena telah menyebabkan kerusuhan di sekitar pondok. Padahal, Kyai Yusuf sudah sangat baik sekali kepada dirinya, tetapi apa yang telah diperbuatnya? Dia malah mempermalukan Kyai Yusuf dengan perbuatan yang dilakukannya kemarin.

Setelah sampai di depan ndalem. Kelviano menghela nafas beberapa kali. Sebenarnya dia sangat malu untuk bertemu Kyai Yusuf. Tapi di sisi lain dia juga harus meminta maaf kepada beliau. Dengan ragu-ragu Kelviano mulai mengetuk pintu ndalem.

Tok

Tok

Tok

"Assalamualaikum Pak Kyai."

Kyai Yusuf menurunkan sedikit kacamatanya, Kyai Yusuf sontak menutup Al-Qur'annya saat seseorang mengetuk pintunya. Setelahnya melangkah untuk membuka pintunya. Saat pintu sudah terbuka terlihat Kelviano yang berdiri seraya menundukkan kepalanya.

"Pak Kyai, Pino-"

"Masuk dulu," potong Kyai Yusuf.

Kelviano mengangguk. Ia masuk ke dalam ndalem dengan tetap menundukkan kepalanya.

"Duduk," tiah Kyai Yusuf.

Kelviano mengangguk sebagai jawaban, lalu ia mendudukan diri di sofa. Setelahnya, hanya keheningan yang memenuhi ruangan. Hingga akhirnya Kelviano membuka suara.

"Maafkan Pino Pak Kyai, Pino telah membuat kerusuhan di area pondok ini," ujar Kelviano penuh penyesalan.

"Mengapa kamu meminta maaf? Bukankah anggotamu yang salah?" sementara Kyai Yusuf memandang Kelviano serius.

"Bukan," geleng Kelviano. "Mereka nggak salah, tapi Pino yang salah. Pino lalai dalam menjaga mereka."

Kyai Yusuf tersenyum. Ada raut bahagia tersendiri tercetak di wajahnya. Sebenarnya Kelviano ini anak baik, bahkan mungkin dia sangat baik. Tetapi, karena sikapnya yang terlihat urakan dan ugal-ugalan. Membuat semua memandangnya anak yang tidak benar.

"Angkat kepalamu, tatap lawan bicaramu ketika kamu sedang berbicara dengannya," kata Kyai Yusuf lembut.

Kelviano sontak mendongakkan pandangannya. Dahinya mengernyit melihat wajah Kyai Yusuf yang tersenyum. Ia bingung, mengapa Kyai Yusuf tidak marah padanya? Bukankah dia sudah melakukan kesalahan yang fatal?

"Pino mohon.. maafkan Pino dan teman-teman Pino.." mohon Kelviano.

Kyai Yusuf mengangguk. "Saya maafkan," seketika kedua sudut bibir Kelviano terangkat. "Tapi, ada syaratnya," lanjut Kyai Yusuf membuat senyum Kelviano memudar.

"Apa itu syaratnya?"

"Bubarkan geng motor kamu itu, dan kamu menetap sebagai santri di sini, gimana?" Tanya Kyai Yusuf. Dia mengeluarkan secarik kertas yang sudah ada materai tertempel di sana. "Jika kamu setuju, kamu bisa bertanda tangan di atas materai ini."

Mengejar Cintanya Ning Lala ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang